IMF Sediakan Pinjaman Cepat Rp 705 Triliun untuk Tangani Virus Corona

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi. negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah dapat mengakses pinjaman IMF dengan bunga rendah sebesar US$ 40 miliar guna mengatasi virus corona.
Penulis: Agustiyanti
5/3/2020, 08.09 WIB

Dana Moneter Internasional atau IMF menyiapkan pinjaman darurat sebesar US$ 50 miliar bagi negara berpenghasilan rendah maupun berkembang yang membutuhkan bantuan untuk menangani virus corona. Dari jumlah tersebut sebesar US$ 10 miliar akan dipinjamkan tanpa bunga bagi negara anggota termiskin melalui fasilitas pinjaman cepat.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menjelaskan banyak negara anggota yang berisiko atas penyebaran virus corona. Beberapa memiliki sistem kesehatan yang lemah, ruang kebijakan yang tak memadai, ekspor komoditas yang turut tergoncang, dan banyak ketidakpastian lain.

"Saya khususnya prihatin dengan anggora kami yang berpengasilan rendah dan lebih rentan. Negara-negara ini mungkin melihat kebutuhan pembiayaan meningkat dengan cepat akibat penyebaran virus ini," ujar Georgieva dikutip dari laman resmi Bank Dunia, Kamis (5/3).

Pihaknya akan mengidentifikasi negara-negara yang rentan dan membutuhkan bantuan dana sebelum kondisinya semakin memburuk. Saat ini, IMF memiliki kapasitas untuk memberikan pinjaman kepada negara anggota mencapai US$ 1 triliun.

(Baca: Bank Dunia Kucurkan Pinjaman Rp 170 T Kepada Negara Terdampak Corona)

Adapun pinjaman sekitar US$ 10 miliar dapat diakses oleh negara-negara termiskin tanpa bunga dengan jangka waktu 10 tahun. Sementara negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah dapat mengakses pinjaman dengan bunga rendah sebesar US$ 40 miliar untuk jangka waktu lima tahun.

Dikutip dari Reuters, program pinjaman tanpa bunga tersebut terakhir kali ditarik oleh Ekuador pada 2016 sebesar US$ 364 juta setelah negara tersebut mengalami gempa dahsyat.

Namun, negara-negara pasar berkembang yang lebih besar seperti Brasil, Cina, dan India tidak memenuhi syarat untuk bantuan seperti itu, seperti juga negara-negara di mana IMF telah menyatakan utang tidak berkelanjutan, termasuk Argentina.

Georgieva dan Presiden Bank Dunia David Malpass menekankan pentingnya tindakan terkoordinasi untuk membatasi dampak ekonomi dan manusia dari penyebaran virus.

Bank Dunia sebelumnya mengatakan akan memberikan dana darurat US$ 12 miliar atau sekitar Rp 170 triliun untuk membantu negara-negara berkembang meningkatkan layanan kesehatan mereka, pengawasan penyakit, akses ke pasokan medis dan modal kerja untuk bisnis.

(Baca: Pasokan dari Cina Terganggu, Bea Masuk Bahan Baku Bakal Dipangkas)

Pangkas Proyeksi Ekonomi Global

Virus corona saat ini telah menjangkit sepertiga negara anggota IMF. Georgieva menyebut ini bukan lagi masalah regional dan membutuhkan respons global. Pasokan akan terganggu seiring mobilitas yang terbatas akibat angka kematian yang terus meningkat. Permintaan juga berpotensi turun karena ketidakpastian yang tinggi.

"Efek ini akan meluas melintas batas. Pengalaman menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari kerugian ekonomi akibat penyakit akan menjadi biaya langsung dari nyawa yang hilang, penutupan tempat kerja dan karantina," jelas dia.

Sementara dua pertiga sisanya bersifat tidak langsung, mencerminkan kepercayaan konsumen, perilaku bisnis, dan aksi pengetatan pasar.

"Dalam skenario apa pun, pertumbuhan global tahun 2020 akan turun di bawah level tahun lalu. Seberapa jauh akan jatuh dan berapa lama sulit diprediksi dan akan tergantung pada perkembangan epidemi ini," kata dia.

(Baca: Akibat Corona, Pertemuan IMF-Bank Dunia 2020 Digelar Secara Virtual)

Bank Dunia sebelumnya memproyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan mencapai 3,3%, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 2,9%.

Kurang dari dua pekan lalu, IMF mengatakan kepada para pemimpin keuangan G20 di Arab Saudi, penyebaran virus corona akan memangkas 0,1% dari proyeksi pertumbuhan global sebelumnya. Proyeksi tersebut menggunakan skenario yang lebih ringan dengan ekspektasi sebagian besar penyebaran virus corona terjadi di Tiongkok.

"Pandangan itu berubah selama sepekan terakhir karena virus menyebar dengan cepat di luar Tiongkok ke lebih dari 70 negara," kata dia.

Berikut perincian negara yang terinfeksi dan jumlah kasus virus corona hingga awal bulan ini, tergambar dalam databoks di bawah ini.