Kasus Corona Nyaris 102 Ribu, Pendapatan Maskapai Anjlok Rp 1.606 T

ANTARA FOTO/REUTERS/Courtesy of Edward Wang
Ilustrasi, pramugari menggunakan pakaian pelindung dan masker saat membagian makanan ringan bagi warga Kanada, yang dievakuasi dari China akibat mewabahnya virus novel korona di pesawat sewaan Amerika, di pesawat lain yang akan membawa mereka menuju Pangkalan Angkatan Udara Kanada (CFB) Trenton, dari Bandara Internasional Vancouver di Richmond, British Columbia, Kanada, Jumat (7/2/2020).
Penulis: Desy Setyowati
7/3/2020, 09.34 WIB

Kasus virus corona secara global hampir mencapai 102 ribu pada pagi hari ini (7/3). Asosiasi Transportasi Udara Internasional memperkirakan, wabah itu memangkas pendapatan hingga US$ 113 miliar atau sekitar Rp 1.606 triliun sepanjang tahun ini.

Nilai proyeksi itu tiga kali lebih besar dibanding prediksi dua minggu lalu. Hal ini membuat saham maskapai di Amerika Serikat (AS) menurun.

“Untuk maskapai skala regional yang lebih kecil, kami pikir dapat melewati ‘badai’ ini sedikit lebih baik. Tetapi yang skala besar, masih akan terus berjuang,” kata Chief Executive of Advisorshares Noah Hamman dikutip dari Reuters, Sabtu (7/3). Advisorshares merupakan perusahaan investasi berbasis di Maryland, AS.

Di Indonesia, pemerintah bahkan menunda insentif bagi maskapai untuk mendorong kunjungan turis asing. Hal ini dilakukan setelah pengumuman dua warga Depok positif terinfeksi virus corona. Kini, jumlahnya bertambah menjadi empat orang.

(Baca: Pasien Positif Virus Corona di Indonesia Bertambah Jadi 4 Orang)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, pemerintah akan mengkaji kembali kebijakan tersebut. “Ditunda, di-review dulu,” kata Wishnutama, beberapa waktu lalu (3/3).

Meski begitu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan insentif untuk mendorong pariwisata di dalam negeri tetap berjalan. Insentif itu berupa diskon tiket pesawat yang diberikan maskapai penerbangan hingga 50% untuk 25% kursi per pesawat menuju sepuluh destinasi wisata.

Kesepuluh destinasi itu, yakni Danau Toba, Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan. (Baca: Ada Kasus Positif Corona, Pemerintah Tunda Insentif untuk Turis Asing)

Sebagai penggantinya, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, Airnav, dan PT Pertamina mendapatkan insentif dari pemerintah. Insentif 30% ini dalam bentuk dana Rp 500 miliar yang berasal dari APBN.

Dikutip dari laman Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE, kasus virus corona secara global mencapai 101.957 per pukul 9.27 WIB. Korban meninggal akibat covid-19 3.491. Meski begitu, ada 57.376 orang yang sembuh.

Secara rinci, kasus di daratan Tiongkok mencapai 80.651. Kasus terbanyak selanjutnya yakni di Korea Selatan 6.593 dan di Iran 4.747.

Korban tewas di Negeri Tirai Bambu mencapai 2.959. Virus corona juga menyebabkan 197 orang di Italia dan 124 di Iran meninggal dunia.

(Baca: Kasus Merebak, AS Bakal Gelontorkan Rp 118 T Tangani Virus Corona)

Di AS terdapat 326 kasus virus corona. Korban meninggal dunia mencapai 12 orang dan lebih dari lima penderita sembuh di Negeri Paman Sam.

Hal itu membuat saham-saham di AS anjlok pada perdagangan Jumat waktu setempat. Dow Jones Industrial Average turun 256,5 poin atau 0,98%, menjadi 25.864,78. Lalu, S&P 500 menurun 51,57 poin atau 1,71%, menjadi 2.972,37. Begitu juga dengan Nasdaq Composite anjlok 162,98 poin atau 1,87%, menjadi 8.575,62.

Namun, sepanjang pekan lalu, S&P 500 naik 0,6%. Begitu juga dengan Dow Jones dan Nasdaq masing-masing naik 1,8% dan 0,1%.

Peningkatan itu didorong oleh pernyataan pejabat Federal Reserve tentang kemungkinan menggunakan stimulus selain pemotongan suku bunga untuk meminimalkan dampak virus corona.  (Baca: Joe Biden akan Jadi Penantang Trump di Pilpres AS, Wall Street Naik 4%)