Ekonomi Tiongkok Kuartal I Minus 6,8%, Kontraksi Pertama Sejak 1976

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/hp/dj
Ilustrasi. Ekonomi Tiongkok diperkirakan masih mampu tumbuh sepanjang tahun ini.
Penulis: Agustiyanti
17/4/2020, 11.40 WIB

Ekonomi Tiongkok pada kuartal pertama tahun ini minus 6,8%, kontraksi pertama sejak akhir revolusi kebudayaan pada 1976. Kondisi ini makin meyakinkan kerusakan ekonomi yang dilakukan pandemi virus corona.

Selama tiga bulan pertama tahun ini, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi penutupan atau lockdown besar-besaran karena berjuang menahan penyebaran virus corona, dan kini sedang berjuang untuk membuka kembali sepenuhnya.

Dikutip dari South China Morning Post, data baru yang dirilis oleh Badan Statistik Nasional Tiongkok pada Jumat mengkonfirmasi penurunan, yang lebih buruk dari prediksi minus 6 persen dari survei perkiraan analis oleh Bloomberg.

Data Badan Statistik tersebut juga menunjukkan bahwa selama satu bulan atau pada Maret, ekonomi Tiongkok tetap di bawah tekanan besar. Sektor industri, ritel dan investasi aset tetap menyusut lagi, penurunan dramatis selama dua bulan pertama tahun ini.

(Baca: Tekan Dampak Corona, G20 Sepakati Moratorium Utang Bagi Negara Miskin)

Hasil produksi industri yang mengukur manufaktur, pertambangan, dan utilitas turun 1,1% pada bulan lalu, setelah penurunan 13,5% pada Januari dan Februari. Ini jauh lebih baik dibandingkan ekspektasi penurunan sebesar 6,2% menurut survei Bloomberg.

Namun secara perinci, manufaktur tercatat turun 0,2 persen, menunjukkan bahwa meski pabrik dibuka kembali, hambatan tetap ada.

Penjualan ritel, ukuran utama konsumsi di negara berpenduduk terpadat di dunia itu, turun 15,8 persen, menyusul rekor keruntuhan 20,5 persen dalam dua bulan pertama tahun ini. Ini jauh lebih buruk daripada perkiraan penurunan 10,0 persen.

Investasi aset tetap, ukuran pengeluaran selama tahun ini untuk barang-barang termasuk infrastruktur, properti, mesin dan peralatan, turun 16,1 persen selama tiga bulan pertama, dari level terendah sepanjang masa yakni minus 20,5 persen pada Januari-Februari.

(Baca: Lebih 100 Negara Berlomba Minta Pinjaman Darurat Pandemi Corona ke IMF)

Berdasarkan survei, tingkat pengangguran di negara tersebut sebesar 5,9 persen, turun dari rekor tertinggi 6,2 persen selama dua bulan pertama. Namun, angka-angka ini tidak mewakili seluruh ekonomi karena mereka mengecualikan banyak pekerja migran yang kehilangan pekerjaan atau tidak dapat kembali bekerja karena pembatasan perjalanan diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus corona.

Awal pekan ini, data ekspor Tiongkok pada Maret terungkap turun 6,6 persen, lebih baik dari yang diperkirakan tetapi masih berada di luar wilayah positif. Pemulihan parsial diperkirakan akan berumur pendek, dengan pesanan ekspor mengering karena ekonomi dunia menghadapi ancaman ekonomi terbesar selama hampir 100 tahun.

Bahkan sekarang, hampir empat bulan setelah virus pertama kali memaksa penutupan secara nasional, ekonomi Tiongkok masih berjuang untuk membuka kembali sepenuhnya.

(Baca: IMF Ramal Ekonomi RI Tahun Ini Hanya Tumbuh 0,5%, Terendah Sejak 1998)

Sebuah studi baru-baru ini oleh Liu Chenjie, kepala ekonom di fund manager Upright Asset, menyatakan bahwa pandemi ini telah mendorong 205 juta pekerja ke “pengangguran friksional” atau mereka yang ingin bekerja tetapi tidak bisa atau tidak bisa kembali bekerja. Data yang ditunjukkan pada Kamis menunjukkan bahwa lowongan kerja turun 27 persen pada kuartal pertama.

Sementara itu, pendapatan rata-rata warga turun sebesar 3,9 persen selama kuartal pertama, dengan penurunan terbesar pada pendapatan penduduk pedesaan yang mencapai 4,7 persen.

Tiongkok kini menghadapi guncangan permintaan yang sangat besar yang berasal dari upaya negara lain untuk menahan penyebaran pandemi. Analis memperkirakan ekonomi Tiongkok selama setahun penuh, didukung oleh pemulihan selama paruh kedua.

"Sementara ini kami memperkirakan pertumbuhan yang kuat pada 2021 dan mungkin sedikit merevisi perkiraan pertumbuhan kami untuk tahun 2020 setelah data hari ini, kami terus berharap pertumbuhan PDB kecil untuk tahun ini secara keseluruhan," kata Louis Kuijs, analis di Oxford Economics.

IMF sebelumnya memperkirakan ekonomi Tiongkok masih tumbuh 1,2% pada tahun ini, meski terjun dari tahun lalu yang tumbuh 6,1%.