Produsen bibit hibrida jagung, padi dan hortikultura serta pestisida PT BISI International Tbk (BISI) membidik penjualan Rp 2,8 triliun pada tahun ini dengan target perolehan laba bersih Rp 500 miliar. Angka tersebut meningkat 27% dari realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 2,2 triliun sejalan dengan kenaikan penjualan benih hortikultura perusahaan serta penambahan varietas benih baru.
Direktur Utama Bisi Jemmy Eka Putra mengatakan, pada tahun ini, perusahanan mendapat lima varietas benih jagung hibrida baru. Varietas itu didapat setelah pada pertengahan tahun lalu perseroan menandatangani perjanjian pembelian lisensi dan merek dagang benih jagung Mosanto Company.
Dengan perjanjian tersebut, BISI dapat melakukan komersialisasi baik menggunakan merek sendiri maupun merek Monsanto di Indonesia dan Timor Leste.
"Tahun ini, BISI berhak untuk menjual lima varietas Monsanto (benih jagung hibrida), yang mana tiga varietas menggunakan merek BISI serta dua lainnya bermerek Monsanto (Dekalb)," ujar Jemmy dalam Paparan Publik di Jakarta, Kamis (28/5).
Dengan tambahan varietas, dia berharap dapat memperkuat portofolio produk benih jagung hibrida perseroan, di samping memperluas pasar dan meningkatkan pasokan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan ke depan.
Adapun sepanjang tahun ini, perusahaan yang juga anak usaha PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) ini menargetkan penjualan benih jagung Monsanto sebanyak 4.000 ton, naik dua kali lipat dibanding tahun lalu yang tercatat sekitar 2.600 ton.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan total penjualan benih jagung BISI secara keseluruhan, pada 2018 kontribusinya baru sekitar 12% dan ditargetkan meningkat jadi 15% pada tahun ini.
Alokasi Capex
Untuk meningkatkan kinerja ke depan, perusahaan tahun ini berencana mengalokasikan belanja modal (capital expanditure/capex) sebesar Rp 30 miliar untuk pembelian mesin pengemasan dan pemeliharaan. Perusahaan berencana mendiversifikasi kemasan benih ke ukuran 5 gram, agar bisa lebih terjangkau kalangan petani.
Dibanding tahun sebelumnya, capex tahun ini diakuinya lebih kecil karena perusahaan tidak memiliki rencana akuisisi maupun pembelian lahan seperti tahun sebelumnya. Adapun sebagian dana tersebut akan dibiayai dari internal.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, sepanjang kuartal I 2019, BISI membukukan peningkatan penjualan bersih 15% secara tahunan menjadi Rp 554,4 miliar dari sebelumnya 483,2 miliar.
Laba bersih perseroan tumbuh signifikan 129% dari sebelumya Rp 32,8 miliar menjadi Rp 75,2 miliar, lantaran kinerja keuangan perusahaan tahun lalu terdampak fluktuasi nilai tukar yang menyebabkan BISI menaikkan harga jual, khususnya untuk produk pestisida ke pelanggan. Namun, dengan naiknya harga pestisida tersebut justru menyebabkan penjualannya berkurang dan tidak diminati pasar.
"Selain itu, musim kemarau yabg panjang juga menyebabkan permintaan pestisida menurun, karena hama tanaman tak sebanyak musim lainnya," ujar dia.