Kementerian PUPR Minta Sandiaga Percepat Lahan Sodetan Ciliwung

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Suasana Sungai Ciliwung yang meluap dan merendam pemukiman di Kampung Pulo, Jakarta, Selasa (6/2). Sungai Ciliwung meluap akibat curah hujan yang tinggi di wilayah hulu sungai.
Penulis: Ameidyo Daud
13/3/2018, 18.38 WIB

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera melanjutkan pembebasan proyek Sodetan Ciliwung - Kanal Banjir Timur. Terutama di wilayah Bidara Cina, Jakarta Timur.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso mengatakan masih ada lahan seluas 13 ribu meter persegi yang belum dibebaskan, sehingga menghambat proyek ini. Lahan ini berasal dari kepemilikan 215 Kepala Keluarga dan diperlukan dana Rp 167 miliar untuk pembebasannya.

"Kami sepakat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta akan mempercepat pendekatan kepada masyarakat, sehingga mau menerima ganti rugi," kata Imam usai rapat bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (13/3).

Rapat yang dipimpin Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ini membahas sejumlah proyek infrastruktur DKI Jakarta, salah satunya Sodetan Ciliwung - Kanal Banjir Timur. Imam menjelaskan saat ini progres proyek tersebut baru mencapai 50 persen dan belum dapat dilanjutkan.

"Nilai kontraknya Rp 500 miliar dan tahun jamak, tapi kami hentikan (karena lahan belum bebas)," katanya.

Sandiaga mengaku pihaknya telah menyepakati hasil pembicaraan dalam rapat ini. Dirinya juga berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian PUPR dapat bekerja sama lebih erat dalam percepatan sejumlah proyek infrastruktur di Ibu Kota saat ini. "Yang kami inginkan mendapatkan percepatan pembangunan," kata dia.

(Baca: Jokowi Tinjau Dua Proyek Bendungan Pengendali Banjir Jakarta)

Rapat juga membahas Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) seperti SPAM Karian serta SPAM Jatiluhur. Direktur Jenderal Cipta Karya Sri Hartoyo mengatakan Pemprov DKI masih merasa proyeksi tarif air dari bendungan Karian ke pelanggan di Jakarta masih terlalu mahal.

Tarifnya mencapai Rp 3.500 per meter kubik. Sedangkan tarif air dari Jatiluhur hingga pelanggan hanya mencapai Rp 3.450 per meter kubik. "Oleh sebab itu masalah besar kecilnya akan kami perhitungkan lagi nanti," ujarnya.