Menteri Perindustrian Airlangga Hartarta menyampaikan, Indonesia butuh empat juta wirausaha baru supaya struktur ekonomi semakin kuat. Untuk itu, ia mendorong Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) atau narapidana menjadi wirausaha untuk mencapai target tersebut.
“Rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1 % dari total penduduk," kata Airlangga pada pembukaan Pameran Produk Unggulan Narapidana (PUN) 2019, Jakarta, Selasa (26/3). Secara spesifik, 8,06 juta dari 260 juta penduduk Indonesia merupakan wirausaha.
(Baca: Sudah Diekspor, JK: Produk Narapidana Tak Boleh Dipandang Sebelah Mata)
Rasio tersebut melampaui standar internasional, sebesar 2% dari jumlah penduduk. Namun, angka ini masih lebih rendah dibanding negara tetangga.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya menambah wirausaha dengan mengembangkan pola pembinaan dalam bentuk bimbingan teknis (bimtek), bantuan peralatan dan manajemen usaha. Salah satu contohnya, Kementerian mengadakan bimtek terhadap warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Tangerang dan Pondok Bambu.
(Baca: Pemerintah Targetkan Satu Juta Petani dan Nelayan Go-Online Tahun Ini)
Kini, Kemenperin mengkaji upaya pengembangan pasar atas hasil produk warga binaan Lapas. “Misalnya, bantuan uji coba pasar di Plasa Pameran Industri yang selalu mendapatkan tanggapan positif dari pengunjung," kata Airlangga.
Di samping itu, ia mendorong agar produk hasil warga binaan Lapas bisa dipasarkan di e-commerce. Hal ini sejalan juga dengan upaya pemerintah untuk menyambut era industri 4.0.
Kemenperin melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) memiliki program e-Smart IKM. Program ini merupakan sistem basis data IKM yang tersaji dalam bentuk profil industri, produk, dan sentra yang diintegrasikan dengan marketplace yang sudah ada.
(Baca: Kemenperin Tawarkan 4 Langkah agar Industri Kecil Go International)
Program e-Smart IKM telah menjalin kerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia. “Melalui program ini, sektor IKM diharapkan tidak ketinggalan dengan tren transaksi online di dalam situs jual beli dan akan semakin banyak produk IKM yang kompetitif,” kata Airlangga.
Airlangga berharap para peserta warga binaan dapat berwirausaha dan menghasilkan produk berkualitas, sehingga dapat memasarkan produknya di platform digital yang telah berkerjasama dengan e-Smart IKM.
(Baca: Transaksi Dagang Elektronik Versi E-Smart Kemenperin Capai Rp 1,5 M)
Kemenperin mencatat, 5.945 pelaku UMKM mengikuti pelatihan e-Smart IKM pada akhir 2018. Di lihat dari sisi transaksi melalui program ini, industri makanan dan minuman menyumbang 31,87 %. Kemudian, disusul sektor industri logam 29,10 % dan industri fesyen 25,87 %.
Tahun ini, Kemenperin menargetkan 10 ribu pelaku UMKM mengikuti program e-Smart IKM. "Sudah ada beberapa cerita sukses dari para pelaku usaha yang mengikuti e-Smart IKM. Misalnya, IKM suku cadang kendaraan, omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta dalam tiga bulan,” kata Airlangga.