Kemenlu: Afrika Merupakan Pasar Potensial Bagi Farmasi Indonesia

KATADATA
Ilustrasi, obat hasil produksi perusahaan farmasi
Penulis: Agung Jatmiko
1/6/2019, 13.35 WIB

Benua Afrika kian dilirik oleh perusahaan farmasi dan alat-alat kesehatan Indonesia untuk melebarkan pasar ekspornya. Hal ini terlihat pada kehadiran empat perusahaan farmasi besar, PT. Biofarma, PT. Dexa Medica, PT. Phapros dan CV. Kurniatama Lestari pada perhelatan Africa Health di Pretoria, Afrika Selatan, 28-30 Mei 2019.

Dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI (Kemenlu), Jumat (31/5), akses masyarakat Afrika atas obat-obatan dan alat kesehatan yang masih sangat terbatas  merupakan peluang bagi perusahaan-perusahaan farmasi Indonesia untuk semakin giat melakukan penetrasi di pasar Afrika.

Melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Pretoria dan  Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Johannesburg memanfaatkan perhelatan Africa Health untuk semakin memperkenalkan produk obat-obatan buatan Indonesia.

Dalam keterangan resmi Kemenlu, disebutkan bahwa Paviliun Indonesia yang berlokasi strategis di salah satu hall, berhasil menarik minat para pengunjung yang datang.

PT Biofarma misalnya, BUMN yang memproduksi vaksin dan anti-serum ini membawa contoh vaksin campak, hepatitis B, polio dan meningitis dalam perhelatan Africa Health. Biofarma sendiri merupakan perusahaan yang sudah merambah ke 40 negara Afrika

(Baca: Phapros Bidik Ekspansi Pabrik Farmasi ke Myanmar, Kamboja dan Nigeria)

Sementara dari perusahaan swasta, PT Dexa Medica, menampilkan antara lain produk obat flu, sirup penambah imunitas anak, obat alergi, diabetes, hingga pereda kembung dan mual. Kemudian, produsen obat Antimo, PT Phapros mempromosikan berbagai jenis obat, antara lain obat tubercolosis, suplemen kesehatan dan obat-obatan berbasis herbal untuk hipertensi.

Selain diikuti oleh perusahaan besar, Indonesia pun turut menyertakan wakil dari Usaha Kecil Menengah (UKM), yakni  CV. Kurniatama Lestari yang memperkenalkan produk-produk kesehatan tradisional seperti teh herbal, kopi herbal, hingga perlengkapan spa seperti body scrub dan massage oil.

Tak hanya mengikuti pameran, melalui KBRI Pretoria empat perusahaan ini juga dipertemukan dengan otoritas kesehatan Afrika Selatan, yakni South African Health Products and Regulatory Authority atau SAHPRA, serta beberapa negara dan calon mitra kerja potensial (distributor dan perusahaan farmasi) diantaranya dari Afrika Selatan, Tanzania, Mozambik hingga Botswana.

Pertemuan dengan otoritas kesehatan serta perusahaan farmasi dan distributor negara-negara Afrika dimaksudkan untuk penjajakan peluang kerja sama pengembangan produk farmasi, melalui joint production, joint venture atau joint research and development.

Obat-obatan dan peralatan medis asal Indonesia diketahui telah merambah berbagai negara di Afrika. KBRI Pretoria terus mendorong penguatan kehadiran Indonesia di pasar Afrika, salah satunya melalui keikutsertaan pada pameran kali ini.

Africa Health sendiri merupakan pameran bidang kesehatan terbesar di benua Afrika yang menghadirkan berbagai pelaku usaha bidang kesehatan, farmasi, hingga produsen pembuat alat-alat kesehatan. Kegiatan ini setiap tahunnya berhasil menjaring lebih dari 10.000 pengunjung dan diikuti oleh 560 peserta pameran dari 39 negara.

Selain Indonesia, terlihat juga partisipasi dari produsen kuat obat-obatan dan alat-alat kesehatan, antara lain, dari Amerika Serikat, Jerman, RRT, India, Jepang, Austria, Turki, dan Korea Selatan.​

(Baca: Harga Bahan Baku Naik, Ekspor Produk Farmasi Makin Tertekan)