Permintaan Turun Akibat Corona, Utilisasi Industri Plastik Anjlok 70%

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang kasir sedang memegang plastik di gerai Matahari di Bogor, Jawa Barat (1/3). Asosiasi industri plastik memperkirakan utilisasi industri anjlok 70% akibat corona dan pembatasan penggunaan plastik beberapa waktu lalu.
Editor: Ekarina
2/4/2020, 15.07 WIB

Pandemi corona turut menekan industri plastik. Menurut asosiasi, utilisasi industri plastik terutama di sektor hilir anjlok hingga 70% seiring melemahnya permintaan dari industri pengguna.

Direktur Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto Sadiman mengatakan, permintaan plastik hilir saat ini semakin menurun akibat pandemi Covid-19.

Budi mengatakan, kinerja industri ini sebelumnya tertekan akibat kebijakan pembatasan penggunaan plastik sertai pengenaan cukai. Ditambah adanya pandemi corona menyebabkan industri ini kian tertekan. 

(Baca: Pukulan Dua Arah Virus Corona ke Industri Manufaktur)

Padahal, di periode menjelang ramadan dan lebaran seperti sekarang ini merupakan kesempatan pengusaha mendapat peningkatan pesanan dari industri-industri pengguna, seperti sektor makanan minuman atau pengemasan.

Budi menyebut, kenaikan permintaan produk plastik dalam kondisi normal menjelang ramadan bisa mencapai 20%-30%.

"Yang jelas saat ini di hilir utilisasinya rata-rata tinggal 30%. Artinya jika utilisasi industri plastik hilir sekitar 90%, minimal itu penurunannya sekitar 60%-70%," katanya kepada katadata.co.id saat dihubungi lewat telepon, Kamis (2/4).

Namun, kondisi berbeda menurutnya terjadi di industri plastik hulu. Yang mana pertumbuhan sektor ini masih relatif stabil. Bahkan, beberapa perusahaan masih mampu mengekspor produk antara lain ke Tiongkok, seiring pulihnya industri di sana. 

"Saya rasa industri plastik hulu tidak terlalu buruk karena pada kondisi sulit sekarang masih ada pertumbuhan penjualan 30%," ujarnya.

(Baca: Industri Plastik Berharap Segera NIkmati Penurunan Harga Gas)

Pulihnya Tiongkok dari pandemi corona yang menghantam negara itu menyebabkan banyak industri di sana membutuhkan banyak bahan baku. Salah satu alternatif pemasok yang dilirik adalah Indonesia.

Kendati demikian, permintaan ekspor sedikit terhambat lambannya proses perizinan sertifikat asal barang. "Saya belum dapat angka permintaannya berapa, tapi sudah ada tiga perusahaan yang akan ekspor ke Tiongkok," kata dia.

(Baca: Imbas Virus Corona, Konsumsi Plastik Diprediksi Hanya Tumbuh 5%)

Oleh karenanya, sebagai satu bisnis yang masih tumbuh di tengah ancaman corona dan pelemahan ekonomi, pihaknya meminta pemerintah untuk mengurungkan niatnya pemberlakuan pembatasan atau pelarangan plastik.

Sebab, dengan ekspor yang diperkirakan dapat terus meningkat, devisa negara pun diharapkan kian bertambah.

Selain itu, meski terdapat sejumlah tantangan, Budi memperkirakan investasi di sektor petrokima tetap akan tumbuh. Adapun investasi di sektor tersebut diperkirakan mencapai US$ 15 miliar hingga 2024.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto