Freeport PHK Karyawan dan Tunda Ekspansi karena Pandemi Corona

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ilustrasi, tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua. Freeport McMoran Inc. menyatakan bakal memangkas biaya hingga 18% dari anggaran tahun ini atau setara Rp 20,2 triliun karena harga komoditas anjlok terdampak pandemi corona.
Penulis: Ratna Iskana
27/4/2020, 15.36 WIB

Freeport McMoran Inc. akan memangkas biaya hingga US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 20,2 triliun. Alasannya, harga  tembaga anjlok hingga 20% karena pandemi corona.

Pemangkasan biaya hingga 18% dari anggaran 2020 itu mengharuskan Freeport memutus hubungan kerja (PHK) karyawan. Selain itu, perusahaan menunda ekspansi proyek dan memotong produksi tembaga sekitar 400 juta pounds, mayoritas dari tambang yang ada di Amerika.

Pemotongan biaya tersebut juga termasuk penurunan 50% harga diesel sepanjang tahun ini. "Rencana ini bakal membawa perusahaan kepada hari-hari yang cerah," ujar Chief Executiver Richard Adkerson seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (24/4).

Dengan upaya tersebut, Freeport memproyeksi bakal memiliki US$ 1,7 miliar dana kas pada akhir tahun ini. Dengan catatan, rata-rata harga tembaga di level US$ 2,3 per pounds. Harga tembaga pada akhir pekan lalu diperdagangkan di level US$ 2,33 per pounds.

Dana kas itu juga akan didapat dari penjualan emas Freeport. Harga emas pada tahun ini telah naik hingga 37%.

(Baca: Pandemi Corona Memukul Freeport, Pangkas Dividen dan Belanja Modal)

Di sisi lain, Freeport memutuskan menunda pembayaran dividen secara kuartalan karena penyebaran Covid-19. Selain itu, kurang dari 50 pekerjanya di Meksiko terinfeksi virus corona padahal perusahaan telah menutup pertambangan tersebut.

Biarpun begitu, operasi Freeport di Indonesia tidak terdampak pandemi corona. Perusahaan menyatakan suplai makanan dan kebutuhan lainnya untuk operasi tambang Grasberg di Papua tetap terjaga.

Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama juga menyatakan operasional Freeport Indonesia berjalan dengan normal. "Sejauh ini tidak berdampak pada operasi tambang bawah tanah. Pengapalan juga masih normal," ujar Riza ke Katadata.co.id pada Kamis (9/4).

Biarpun begitu, dia menyatakan, penyebaran Covid-19 telah berpengaruh pada harga komoditas. Oleh karena itu, pihaknya terus memantau biaya-biaya yang tidak esensial.

(Baca: Freeport Dapat Pinjaman Rp 38 Triliun dari 9 Bank untuk Bangun Smelter)