PT Bukit Asam Tbk tengah melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk pengembangan angkutan batu bara kereta api, dengan jalur Tanjung Enim Baru-Prajin dan jalur Tanjung Enim Baru-Tarahan. Harapannya, studi ini selesai akhir Maret 2019.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, setelah studi kelayakan selesai, akan ada studi kelayakan pendanaan. Setelah itu, baru ditetapkan dana investasi, dana pinjaman, dan vendor.
Jadi, hingga kini belum bisa ditentukan vendor yang menggarap proyek tersebut. "Sekarang lagi dilakukan studi, jadi saya tidak bisa menjawab vendornya," kata dia di Jakarta, Jumat (28/12).
Untuk menjalankan proyek ini Bukit Asam bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Penandatanganan kerjas ama ini dilakukan Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin dan Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro pada (29/9).
Nantinya angkutan batu bara jalur Tanjung Enim Baru-Prajin memiliki kapasitas minimal 10 juta ton per tahun. Sedangkan, jalur Tanjung Enim Baru-Tarahan (second line) memiliki kapasitas minimal 20 juta ton per tahun.
Saat ini, PTBA dan PT KAI telah mengoperasikan angkutan batu bara jalur Tanjung Enim -Tarahan dengan kapasitas 25 juta ton per tahun. Adapun, jalur Tanjung Enim – Dermaga Kertapati kapasitasnya 5 juta ton per tahun.
(Baca: Bukit Asam Minat Kelola Tambang Bekas Asmin Koalindo)
Proyek ini akan menambah total kapasitas angkutan batu bara menjadi 60 juta ton per tahun. Proyek ini ditargetkan beroperasi mulai tahun 2023.