PT Vale Indonesia Tbk tengah menawarkan sahamnya ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka proses divestasi. Tawaran itu pun diminati PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), namun tidak oleh PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan sudah menerima surat penawaran saham dari Vale. BUMN pun sangat berminat mengambil saham tersebut.
Meski begitu, hingga kini belum ada penugasan dari Kementerian BUMN untuk mengambil alih saham tersebut. “Inalum juga katanya berminat, tapi kami belum ada penugasan,” ujar dia di Jakarta, Jumat (1/2).
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin masih enggan menanggapi hal tersebut. Yang jelas, tambang nikel sangat penting bagi perusahaan. “Kami menunggu penugasan,” ujar dia.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo pun tidak mau berkomentar mengenai penawaran saham tersebut. Namun, anak usaha Inalum itu memberi sinyal tidak akan mengambil saham tersebut.
Menurut Arie ada prioritas yang akan dilakukan perusahaan. “Antam tidak. Kami kan ada prioritas bagaimana cepat mengembangkan downstream. Kalau resource banyak, tapi downstream tidak jadi, buat apa,” ujar dia.
Seperti diketahui, sesuai dengan amandemen kontrak karya 2014, Vale wajib mendivestasi 40% sahamnya. Namun, pada tahun 1990 Vale sudah melepas sahamnya 20% melalui bursa.
(Baca: Mulai Tawarkan Saham ke BUMN, Vale Berpeluang Bebas Divestasi)
Saat ini kepemilikan saham Vale Indonesia, mayoritas masih dikuasai asing. Vale Canada Limited merupakan pemegang saham terbesar, yakni 58,73%. Sedang Sumitomo Metal Mining menguasai 20,09%. Sisa sebesar 20,49% merupakan pemegang saham publik.