Holding BUMN Tambang Siapkan Belanja Modal Rp 25 Triliun Tahun Ini

PT Antam Tbk
Ilustrasi, aktivitas peleburan nikel di pabrik feronikel PT Antam Tbk. Holding BUMN Tambang menyiapkan belanja modal hingga Rp 25 triliun pada tahun ini.
Penulis: Ratna Iskana
20/1/2020, 17.28 WIB

Holding BUMN Pertambangan Mind ID yang dipimpin PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) siap menggelontorkan dana sebesar Rp 25 triliun pada tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan enam proyek strategis.

Proyek tersebut terdiri dari PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim berkapasitas 2x620 megawatt (MW) dengan target operasi 2022, dan pabrik ferronickel Halmahera Timur di Tanjung Buli oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) berkapasitas 13.500 ton nikel per tahun dengan target operasi 2020.

Kemudian, Smelter Grade Aluminasi Refinery oleh Inalum-Antam di Mempawah berkapasitas 1 juta ton per tahun dengan target operasi 2022, dan pabrik Gasifikasi batu bara menjadi DME oleh PTBA, Pertamina, dan Air Product di Peranap berkapasitas 1,4 juta ton per tahun DME dengan target operasi 2022.

Ada juga proyek pabrik Gasifikasi batu bara menjadi DME di Tanjung Enim dengan target operasi di kuartal pertama 2023. Produksi yang dihasilkan 570 ribu ton per tahun urea, 450 ribu ton per tahun polipropilen, dan 400 ribu ton per tahun DME.

Terakhir, pembangunan smelter tembaga oleh PT Freeport Indonesia berkapasitas 2 juta ton per tahun dengan target operasi pada 2023. Direktur Utama Inalum Orias Petrus Moedak mengatakan pembangunan smelter yang menelan dana hingga US$ 3 miliar itu dalam tahap persiapan lahan seluas 100 hektar.

(Baca: Kementerian BUMN Tambah Satu Kursi Direksi di Holding BUMN Tambang)

"Proyek ini tidak ada masalah, semua on schedule. Pada pertengahan tahun mulai membangun smelter," kata Orias pada Senin (20/1) di Kantor Pusat Inalum Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Dia pun berharap proyek tersebut dapat menyumbang kontribusi terhadap kinerja perusahaan di bawah Holding BUMN Pertambangan. "Saya berharap kontribusi bisa naik 10% untuk bottom line, dengan kenaikan signifikan di beberapa perusahaan pada 2021 sampai 2022," katanya.

Untuk tahun ini, Orias menargetkan pendapatan sebesat Rp 70-80 triliun dengan EBITDA Rp 15 triliun. Pendapatan tersebut berasal dari peningkatan produksi batu bara dan penambahan penjualan Antam. 

(Baca: Divestasi 20% Saham Vale Ditarget Beres Paling Lambat Juni 2020)