Mimpi Angkutan Massal Perkotaan
KATADATA ? Angkutan massal yang mudah diakses, nyaman, dan selalu tersedia seperti di negara maju seolah menjadi mimpi para commuter di kota-kota besar di negeri ini. Di Jakarta, misalnya, setiap hari jutaan pekerja dari kota-kota satelit seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang mesti merelakan berjam-jam untuk merayapi jalan menuju Ibukota.
Bagi mereka yang tak tahan dengan kemacetan jalan raya, pilihan tak kalah buruk adalah berjibaku untuk memasuki gerbong kereta dan berdesakan bak ikan pepes, bermandikan peluh di bawah semburan pendingin udara yang rusak. Sebagian lain, memacu sepeda motor, menyelinap di kemacetan, bahkan tak sedikit mengambil jalan pintas melawan arus dan berujung maut.
Tak bisa ditunda lagi, pengembangan angkutan massal perlu segera diwujudkan. Sejak puluhan tahun silam, pemerintah dating silih berganti namun pembangunan angkutan massal hanya sebatas wacana. Di Jakarta, pembangunan MRT baru dimulai pada 2013, setelah Jokowi menjadi gubernur. Padahal, perencanaannya telah dimulai sejak tiga dekade silam.
Tak pelak, pengembangan angkutan massal menjadi prasyarat sebuah kota ramah dan layak huni. Ketertinggalan Indonesia dalam membangun sarana publik ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintahan Jokowi-JK. Untuk mengejar ketertinggalan itu, pemerintah merencanakan pembangunan sarana angkutan massal di sejumlah perkotaan dalam kurun lima tahun mendatang.