Potensi Bisnis Perikanan di Beranda Indonesia
Pemerintah terus berupaya membangun sentra bisnis kelautan dan perikanan terpadu di kawasan perbatasan. Selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat pesisir. Berbagai sarana infrastruktur disiapkan guna memacu potensi bisnis di pintu gerbang Indonesia tersebut.
Sentra bisnis tersebut dibangun mulai dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Di wilayah barat, fokus pengembangan dilakukan di Simeuleu, Aceh dengan potensi tangkapan ikan sebesar 36 ribu ton per tahun. Sedangkan, di ujung timur fokus pengembangan di Merauke, Papua dengan potensi tangkapan ikan sebesar 125 ribu ton dengan produk unggulan ikan kakap, kepiting dan udang.
Sejumlah kawasan perbatasan dengan potensi tangkapan ikan tertinggi adalah Biak, Numfor di Papua Barat dengan potensi tangkapan hampir 2 juta ton dan produk unggulan tuna, kerapu dan rumput laut. Potensi terbesar kedua di Tual, Maluku sebesar 1,7 juta ton dengan produk unggulan tuna, udang dan rumput laut. Berikutnya adalah Morotai di Maluku Utara dengan potensi tangkapan sebesar 1,2 juta ton ikan per tahun dengan mengandalkan produk tuna dan kerapu.
Daerah beranda Indonesia lainnya potensi dikembangkan adalah Mentawai di Sumatera Barat, Natuna di Kepulauan Riau, Nunukan di Kalimantan Utara, Talaud di Sulawesi Utara, Sarmi di Papua, Timika di Papua, Moa di Maluku, Saumlaki di Maluku, Tual di Maluku, dan Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur.
Di berbagai wilayah terdepan Indonesia tersebut, tersedia 5 peluang bisnis potensial berupa perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan, sistem rantai dingin, serta pergudangan. Untuk memacu berjalannya kegiatan bisnis, pemerintah akan membangun 5 infrastruktur utama di tiap daerah, yakni dermaga, air bersih, instalasi listrik, gudang beku terintegrasi serta kapal penangkapan.