Dari TPA ke Rumah Tangga: Inovasi Gas Metana Jadi Energi Bermanfaat


Gas metana selama ini lebih dikenal sebagai ancaman, zat ini dikenal 27 kali lebih kuat dalam menangkap panas dibandingkan karbon dioksida. Di Indonesia, sebagian besar gas metana berasal dari sektor limbah, termasuk dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sayangnya, alih-alih dimanfaatkan, gas ini sering dibiarkan lepas ke atmosfer atau bahkan menimbulkan bahaya ledakan dan kebakaran.
Namun, di balik ancaman tersebut, tersembunyi potensi besar. Gas metana dari TPA bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif. Konsep Carbon Capture, Storage and Utilization (CCSU) sebuah pendekatan yang tidak hanya menangkap dan menyimpan gas, tapi juga menggunakannya kembali untuk keperluan yang bermanfaat.
Salah satu keuntungan utama dari inovasi ini adalah pengurangan ketergantungan pada energi fosil yang selama ini menjadi sumber utama pembangkit listrik dan bahan bakar rumah tangga. Dengan menggunakan gas metana yang berasal dari sampah di TPA, daerah tidak hanya menciptakan solusi lingkungan yang berkelanjutan, tetapi juga mengurangi biaya energi bagi masyarakat yang seringkali kesulitan dengan harga energi yang terus meningkat.
Trenggalek Membuktikan
Keberhasilan Trenggalek dalam memanfaatkan gas metana ini tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi warga setempat. Hasilnya sebanyak 25 rumah warga kini mendapatkan aliran gas secara gratis. Proyek ini dirancang dan dikelola langsung oleh TPA Srabah sebagai bagian dari upaya pemanfaatan gas metana secara berkelanjutan.
Masyarakat kini dapat menikmati energi yang lebih murah, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan. Warga yang menerima manfaat menyebutkan bahwa mereka bisa menghemat biaya gas hingga 50%. Tidak hanya mengurangi beban pengeluaran rumah tangga, inisiatif ini juga mengurangi potensi bahaya dari penumpukan gas metana di TPA. Ini bukti nyata bahwa pemanfaatan gas metana sangat mungkin dilakukan bahkan di tingkat lokal.
Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) memiliki peran krusial dalam menginisiasi pemanfaatan gas metana. Mulai dari pemetaan potensi, identifikasi pemangku kepentingan, hingga membuka ruang kerja sama dengan pihak ketiga untuk pendanaan dan teknologi. Dalam banyak kasus, kolaborasi dengan swasta atau akademisi dapat mempercepat proses ini. Di tengah keterbatasan anggaran daerah, kerja sama seperti ini bisa jadi solusi cerdas.
Potensi Lain Gas Metana
Selain digunakan untuk memasak, gas metana bisa diubah menjadi listrik melalui proses pembakaran terkendali. Ini akan sangat bermanfaat, terutama untuk wilayah terpencil yang belum terjangkau listrik PLN. Dengan begitu, pemanfaatan gas metana ini tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah, tetapi juga mendukung pencapaian energi terbarukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau serta menjadi penopang transisi energi di tingkat lokal yang lebih berkelanjutan.
Pemanfaatan gas metana membawa banyak keuntungan. Secara ekonomi, warga bisa menghemat biaya energi. Secara sosial, program ini memperkuat peran pemerintah daerah sebagai pelayan publik yang inovatif. Dan secara lingkungan, pengurangan emisi metana adalah langkah penting dalam mengatasi perubahan iklim.
Pemanfaatan gas metana dari TPA adalah contoh nyata bahwa solusi iklim tidak selalu harus mahal atau kompleks. Dengan pendekatan menggunakan konsep CCSU dan komitmen pemerintah daerah, kita bisa mengubah ancaman menjadi peluang. Trenggalek sudah membuktikannya.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.