Rupiah Berpeluang Menguat Jelang Keputusan The Fed, Tapi Masih Rawan Tertekan


Nilai tukar rupiah diproyeksikan berpeluang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (30/7). Namun, penguatan masih terbatas karena pelaku pasar menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar malam ini.
“Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi menguat terbatas. Kisarannya Rp 16.300 hingga Rp 16.450 per dolar AS,” ujar Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, kepada Katadata.co.id pada Rabu (30/7).
Mengacu data Bloomberg, rupiah dibuka menguat ke level Rp 16.376 per dolar AS atau naik 33 poin (0,20%) dibanding penutupan sebelumnya.
Senior Economist Valbury Sekuritas Fikri C. Permana turut memperkirakan potensi penguatan rupiah dalam kisaran yang sama. Salah satu faktor pendorongnya adalah rilis data pembukaan lapangan kerja (job openings) di AS untuk Juni 2025 yang lebih lemah dari perkiraan.
“Level pergerakan rupiah hari ini berada antara Rp 16.350 sampai Rp 16.450 per dolar AS,” kata Fikri.
Masih Ada Risiko Pelemahan
Namun, Pengamat mata uang Ariston Tjendra menilai tekanan terhadap rupiah belum sepenuhnya mereda. Menurutnya, dolar AS berpotensi tetap kuat karena ekspektasi The Fed yang akan menahan suku bunga acuannya.
Faktor eksternal lain seperti kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump juga memberi tekanan terhadap aset berisiko seperti rupiah. “Hal ini membuat posisi dolar AS cenderung lebih kuat dibanding rupiah,” ujar Ariston.
Ia memperkirakan rupiah berisiko melemah ke level Rp 16.500 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp 16.350.