BI Ramal Penurunan Tarif ke AS Bakal Geliatkan Ekonomi RI di Semester II

Yuliawati
Oleh Yuliawati
18 Juli 2025, 18:01
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya dan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual saat Editor Briefing di Labuan Bajo, NTT, Jumat (18/7).
Katadata
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya dan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual saat Editor Briefing di Labuan Bajo, NTT, Jumat (18/7).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indonesia berhasil menyepakati penurunan tarif terhadap produk ekspor ke Amerika Serikat (AS), dari 32% menjadi 19%. Bank Indonesia (BI) memperkirakan penurunan tarif ekspor ke AS bakal memulihkan pertumbuhan ekonomi di semester kedua. 

Penurunan tarif akan memperkuat daya saing ekspor Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global. “Secara umum, dampaknya (tarif impor AS) ini akan positif, termasuk investasi akan membaik dan pasar keuangan akan membaik,” ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI), Juli Budi Winantya, saat Editor Briefing di Labuan Bajo, NTT, Jumat (18/7).

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester kedua 2025 berada di kisaran 4,6 - 5,4%. Penurunan tarif ekspor menjadi salah satu pendorong. Meningkatnya ekspor industri padat karya seperti tekstil ke Amerika diperkirakan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dalam negeri. 

Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah dan BI memberikan stimulus untuk mendorong ekonomi. Pemerintah pada semester kedua bakal menggelontorkan bantuan sosial yang diperkirakan akan mengerek konsumsi. "Beberapa program pemerintah seperti bantuan sosial diharapkan dapat mengerek konsumsi,” kata Juli. 

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Juli menilai pertumbuhan ekonomi dalam negeri perlu terus dijaga antara lain dengan stimulus fiskal, kebijakan moneter dan belanja pemerintah. “Pertumbuhan ekonomi domestik perlu terus didorong karena kondisi global cenderung lemah," kata Juli.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual juga menilai optimisme pertumbuhan ekonomi semester kedua yang lebih baik dibandingkan semester pertama. Pemerintah sudah memberikan sinyal akan melonggarkan efisiensi.  “Pemerintah juga mulai belanja dan ada banyak stimulus. Jadi kondisi semester kedua akan berbeda jauh dengan sebelumnya,” katanya.

David juga mengapresiasi diplomasi penurunan tarif ekspor ke AS yang merupakan salah satu yang terendah di Asia Tenggara. Tarif impor AS buat Indonesia hanya kalah dengan Singapura dan Timor Leste yang dikenakan 10%. "Ini bisa jadi momentum untuk kita menjadi pemasok baru bagi AS,” kata dia.

Penurunan tarif ini, kata David, membuat Indonesia memiliki peluang untuk mengisi kekosongan suplai akibat bergesernya mitra dagang utama AS. Selama ini Cina merupakan salah satu pemasok Utama ke Amerika. “AS sedang mencari supplier baru. Ini kesempatan kita untuk perluas ekspor ke sana,” kata David.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...