Tarif Trump Memanas, Rupiah Berpeluang Melemah


Sejumlah analis memproyeksikan rupiah akan melemah terhadap dolar AS pada hari ini, Senin (14/7). Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengungkapkan, kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump yang memanas berpeluang menekan rupiah.
“Rupiah berpotensi melemah oleh kekhawatiran seputar tarif setelah Trump kembali memberikan ancaman tarif pada Uni Eropa dan Meksiko,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (14/7).
Meski begitu, Lukman memproyeksikan pelemahan rupiah ini diprediksi masih akan terbatas. Meskipun perkembangan negatif pada tarif Trump tidak mendukung rupiah tetapi dampaknya juga menekan dolar AS.
“Rupiah akan berada di level Rp 16.150 per dolar AS hingga Rp 16.300 per dolar AS,” ujar Lukman.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka pada level Rp 16.239 per dolar AS. Level ini melemah 21 poin atau 0,13% dari penutupan sebelumnya.
Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan pelemahan rupiah. “Kemungkinan rupiah bergerak cenderung terdepresiasi tipis hari ini di level Rp 16.180 per dolar AS hingga Rp 16.280 per dolar AS,” ujar Fikri.
Fikri mengungkapkan saat ini terjadi budget surplus di Amerika Serikat periode Juni 2025. Hal ini didorong oleh peningkatan penerimaan tarif impor.
“Kondisi ini menyebabkan market berekspektasi jika Trump masih akan melanjutkan pemberlakuan tarif lebih lama,” kata Fikri.
Senada dengan Fikri, pengamat mata uang, Ariston Tjendra juga memproyeksikan rupiah masih akan berada di atas level Rp 16.150 per dolar AS pada hari ini. “Masih berpeluang melemah terhadap dolar AS ke arah Rp 16.250 per dolar AS hingga Rp 16.280 per dolar AS,” kata Ariston.
Menurut Ariston, efek negatif dari eksekusi kenaikan tarif Trump masih membayangi pasar keuangan. Kabar soal penundaan pengenaan kenaikan tarif ke Indonesia juga mungkin tidak terlalu memberikan efek positif.