Jelang Tenggat Tarif Trump, Rupiah Berisiko Melemah di Rp 16.250 per Dolar AS

Rahayu Subekti
7 Juli 2025, 09:31
rupiah
ANTARA FOTO/Andry Denisah/rwa.
Warga menunjukkan uang rupiah baru hasil penukaran di mobil kas keliling, pelataran Masjid Al alam Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (8/3/2025). Kantor Peilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp1,2 triliun guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penukaran uang pecahan kecil selama bulan suci Ramadhan yang berlangsung sejak 5-26 Maret 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (7/7), tertekan sentimen global menjelang berakhirnya penundaan tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka di level Rp 16.218 per dolar AS, melemah 33 poin atau 0,20% dibanding penutupan sebelumnya.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai pelemahan rupiah hari ini dipicu sikap wait and see investor terkait batas akhir penundaan tarif resiprokal yang akan berakhir pada 9 Juli 2025.

“Rupiah diperkirakan bergerak datar hari ini. Investor cenderung menunggu kepastian soal tarif Trump,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (7/7).

Meski demikian, masih ada peluang terbatas bagi rupiah untuk menguat. Hal ini seiring ekspektasi kenaikan cadangan devisa Indonesia per Juni 2025 yang diperkirakan mencapai US$ 157 miliar.

“Rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.150 hingga Rp 16.250 per dolar AS,” ujar Lukman.

Investor Masih Waspadai Konflik Timur Tengah

Senada, Pengamat pasar uang Ariston Tjendra juga memproyeksikan tekanan bagi rupiah masih akan berlanjut hari ini, terutama dipengaruhi isu eksternal.

“Peringatan Trump soal tarif baru menjadi momok bagi perdagangan dan perekonomian global. Negara-negara yang bergantung pada ekspor ke AS akan kesulitan mencari pasar alternatif,” kata Ariston.

Selain itu, memanasnya konflik di Timur Tengah turut memperburuk sentimen pasar. Israel dilaporkan kembali melancarkan serangan ke Yaman, memicu kekhawatiran investor terhadap aset berisiko.

Dari dalam negeri, kondisi ekonomi juga belum mendukung. Ariston mencatat, aktivitas manufaktur Indonesia masih mengalami kontraksi, bahkan lebih dalam dibanding bulan sebelumnya.

“Dengan kondisi ini, potensi pelemahan rupiah ke level Rp 16.250 per dolar AS cukup besar, dengan support di kisaran Rp 16.200,” kata Ariston.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...