Laporan Keuangan BI 2024 Dapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK


Bank Indonesia kembali mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian atau WTP atas Laporan Keuangan Tahunan 2024 Badan Pemeriksa Keuangan alias BPK.
“Kinerja audit terhadap BI telah menghasilkan opini WTP selama 22 tahun terakhir,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (25/6).
Kondisi ini merupakan hasil komitmen Bank Indonesia dalam mewujudkan tata kelola yang baik dan konsisten. Hal tersebut juga sejalan dengan pemenuhan akuntabilitas bank sentral, seperti diatur dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang BI yang diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
Dinamika Ekonomi Global Berlanjut hingga 2025
Dalam laporan keuangan BI 2024 diungkapkan dinamika perekonomian global berubah hingga akhir Desember 2024 dengan cepat dan ketidakpastian yang tinggi. Pada awal 2024, ketegangan politik dunia tetap tinggi dengan berlanjutnya konflik antara Rusia dan Ukraina.
Setelah sedikit mereda, ketegangan geopolitik dunia kembali meningkat tinggi dipicu serangan Israel ke Palestina. Lalu pada pengujung 2024, terpilihnya kembali Presiden Donald Trump di Amerika Serikat (AS) dengan kebijakan America First dapat menyebabkan perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia ke depan.
“Pemerintah AS di bawah Presiden Trump menerapkan tarif yang tinggi kepada negara-negara yang mengalami surplus perdagangan besar dengan AS dalam kebijakan internasionalnya seperti Kawasan Eropa, Inggris, Tiongkok, Meksiko, Kanada, Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam,” tulis laporan BI.
Perubahan dinamika geopolitik dunia yang cepat telah berdampak pada perkembangan ekonomi dan pasar keuangan global di sepanjang 2024. Selain itu juga diperkirakan masih berlanjut pada 2025 dan tahun-tahun berikutnya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi global pada 2024 melambat menjadi 3,2% dari 3,3% pada 2023. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia juga disertai dengan divergensi pola pertumbuhan antarnegara dan fragmentasi perdagangan dunia.
Inflasi dunia turun dari 6,2% pada 2023 menjadi 5,2% pada 2024, namun diperkirakan masih tetap tinggi pada 2025 dan 2026. Hal ini seiring dengan kemungkinan terganggunya rantai pasok global akibat perang dagang antara AS dengan sejumlah mitra dagang utamanya.
Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Perlu Didorong
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan perlu terus didorong. BI mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2024 tercatat 5,02% secara tahunan. Angka ini meningkat dari 4,95% secara tahunan pada triwulan sebelumnya sehingga secara keseluruhan 2024 mencapai 5,03% .
“Pertumbuhan terutama disumbang oleh permintaan domestik sejalan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan tetap baiknya investasi,” tulis laporan BI.
Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 dalam kisaran 4,7%-5,5% secara tahunan. Prospek ini dipengaruhi oleh prakiraan peningkatan investasi, terutama investasi nonbangunan.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga perlu didorong sehingga dapat makin menopang permintaan domestik. Dari eksternal, BI menyebut berbagai upaya untuk memperkuat ekspor perlu terus ditingkatkan guna memitigasi dampak melambatnya permintaan negara-negara mitra dagang utama.