Sistem Keuangan RI Stabil, Sri Mulyani Tetap Waspada Dampak Perang Dagang

Rahayu Subekti
24 April 2025, 11:22
Sistem keuangan, kssk, sri mulyani
Youtube/Sekretariat Presiden
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut risiko penurunan ekonomi dari global terpantau tinggi memasuki kuartal II 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga. Namun KSSK tetap mewaspadai eskalasi perang dagang akibat kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

“Stabilitas sistem keuangan pada kuartal I 2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga merangkap sebagai Ketua KSSK dalam konferensi pers secara daring, Kamis (24/5).

Dia menjelaskan, ketidakpastian terutama dipicu oleh dinamika terkait kebijakan tarif dari Pemerintah AS. Risiko penurunan ekonomi dari global terpantau tinggi memasuki kuartal II 2025.

“Sehingga ini perlu terus dicermati dan diantisipasi ke depan,” ujar Sri Mulyani.

Waspadai Ekonomi Global

Sri Mulyani menjelaskan, KSSK sepakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Dalam rapat kedua KSSK tahun ini, mereka juga sepakat memperkuat koordinasi dan kebijakan dari lembaga-lembaga anggota KSSK.

“Ini upaya untuk memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global dan sekaligus meningkatkan upaya untuk memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri,” ujar Sri Mulyani.

Pada kuartal  I 2025, Sri Mulyani menyebut, ketidakpastian perekonomian global meningkat  karena didorong kebijakan tarif impor pemerintah AS. Kebijakan tersebut telah menimbulkan perang tarif dan diperkirakan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Dampak ini baik perekonomian AS sendiri, kemudian perekonomian Cina yang dianggap sebagai dalam hal ini yang berhadapan dengan AS, dan perekonomian secara global,” kata Sri Mulyani.

Bendahara negara ini mengatakan, hal itu memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, serta ketidakpastian di dalam tata kelola perdagangan dan investasi antarnegara.

“Kebijakan dan ketidakpastian tersebut telah mendorong perilaku risk aversion atau penghindaran risiko dari para pelaku usaha termasuk pemilik modal serta menyebabkan penurunan dari yield US Treasury dan pelemahan indeks mata uang dolar AS,” kata Sri Mulyani. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...