RI Deflasi Dua Bulan Berturut-turut pada Awal 2025, Efek Diskon Tarif Listrik

Rahayu Subekti
3 Maret 2025, 12:06
deflasi, diskon tarif listrik, tarif listrik
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi. Diskon tarif listrik menyumbang deflasi terbesar pada Februari 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

 

Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi sebesar 0,48% pada Februari 2025. Deflasi terutama didorong oleh diskon tarif listrik hingga 50% yang diberikan pemerintah pada Januari-Februari 2025.

“Terjadi penurunan indeks harga konsumen atau IHK dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/3).

Amalia menjelaskan, IHK juga tercatat mengalami deflasi secara tahunan sebesar 0,09% dan secara tahun kalender sebesar 1,24%.

Faktor Penyebab Deflasi

Menurut Amalia, kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan andil sebesar 0,52%. Deflasi terutama disebabkan oleh diskon tarif listrik.

Deflasi pada bulan lalu juga didorong penurunan harga beberapa pangan bergejolak. “Ini seperti daging ayam ras yang harganya turun sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,06 %, bawang merah dan cabai merah juga mengalami penurunan harga sepanjang Februari 2025 sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%,” ujarnya.

Kelompok perumahan, air, listrik juga menjadi penyumbang utama deflasi secara tahunan, terutama karena diskon tarif listrik. Selain tarif listrik,bahan bakar rumah tangga turut menyumbang deflasi tahunan dengan andil 1,92%.

Sesuai Prediksi Ekonom

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI sebelumnya memproyeksikan, Indonesia masih akan mencatat deflasi pada Februari 2025.

Dalam laporan Inflasi Bulanan Februari 2025, deflasi diperkirakan masih terjadi karena diskon tarif listrik dan harga pangan. “Inflasi secara bulanan diprediksi akan berada cukup rendah bahkan deflasi pada rentang minus 0,20% hingga 0,20%,” tulis laporan LPEM FEB UI.

Selain itu, LPEM FEB UI juga memprediksi tingkat inflasi secara tahunan pada Februari 2025 akan lebih rendah. Inflasi secara tahunan pada periode tersebut diprediksi antara 0,50% hingga 0,70%.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede juga memproyeksikan deflasi bulanan berturut-turut akan terjadi pada februari 2025. Josua mengatakan hal ini didorong oleh penurunan harga pangan.

Josua menjelaskan, indeks harga konsumen atau IHK Indonesia pada Februari 2025 diperkirakan akan mengalami deflasi bulanan 0,08%. “Ini melanjutkan deflasi 0,76% secara bulanan pada Januari 2025,” kata Josua.

Dia mengatakan, tren deflasi bulanan tersebut disebabkan oleh penurunan harga pangan yang didorong oleh peningkatan pasokan makanan. Josua bahkan mengantisipasi deflasi bulanan yang signifikan pada kelompok harga bergejolak.

“Secara keseluruhan, kami memperkirakan bahwa IHK kumulatif dari Januari hingga Februari 2025 akan mencerminkan deflasi sekitar 0,84% secara year to date,” ujar Josua.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...