BI Lakukan Quantitative Easing, Total Suntikan Dana ke Bank Rp 503,8 T

Agatha Olivia Victoria
29 April 2020, 14:00
bank indonesia, GWM, likuiditas perbankan, pelonggaran kuantitatif, quantitative easing
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan likuiditas perbankan saat ini cukup.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia akan terus menyuntikkan likuiditas ke perbankan melalui sejumlah kebijakan pelonggaran kuantitatif. Total suntikan likuiditas diperkirakan mencapai Rp 503,8 triliun. 

"Jumlah quantitative easing yang dilakukan BI Rp 503,8 triliun semuanya," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi video di Jakarta, Rabu (29/4).

Quantitative Easing adalah salah satu kebijakan pelonggaran moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan menambah jumlah uang beredar alias mencetak uang. Salah satu caranya adalah membeli surat berharga yang diterbitkan pemerintah.  Langkah ini biasanya dilakukan agar laju inflasi tidak terlalu rendah dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Perry memerinci, suntikan likuditas terdiri dari sejumlah kebijakan yang dikeluarkan sejak awal tahun hingga April ini sebesar Rp 386 triliun dan pelonggaran GWM yang berlaku mulai bulan depan sebesar Rp 117,8 triliun. 

BI akan kembali menurunkan GWM rupiah sebesar 200 basis poin (bps) untuk bank umum konvensional, serta 50 bps untuk bank syariah. BI juga tak memberlakukan kewajiban tambahan giro untuk pemenuhan RIM kepada seluruh bank untuk periode 1 tahun. Kedua kebijakan ini berlaku mulai 1 Mei 2020.

(Baca: BI Suntik Lagi Likuiditas ke Perbankan Rp 117 T Lewat Penurunan GWM)

Sementara sebelumnya, BI telah mengeluarkan kebijakan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder yang dijual asing sebesar Rp 166,2 triliun dan fasilitas term repo perbankan sebesar Rp 137,1 triliun.

BI juga telah beberapa kali melonggarkan GWM sejak awal tahun dengan prediksi tambahan likuiditas pada bank mencapai Rp 53 triliun, serta menyediakan swap valas Rp 29,7 triliun.

Perry mengakui seluruh quantitative easing yang diberikan memang belum terlihat dampaknya di perekonomian. "Di sinilah pentingnya kebijakan fiskal," ujarnya.

(Baca: BI Kembali Beli Surat Utang Negara di Pasar Perdana Rp 2,3 Triliun)

Menurut dia, stimulus fiskal akan membantu implementasi kebijakan moneter agar bisa sampai ke sektor riil. Oleh karena itu, stimulus fiskal perlu dpercepat.  "Semakin cepat stimulus fiskalnya, semakin quantitative easing meningkatkan kegiatan ekonomi," kata dia.

Selain kebijakan fiskal, Perry menilai perlunya kebijakan restrukturisasi kredit dari perbankan. Ia menyampaikan kebijakan-kebijakan tersebut kini terus diproses oleh Otoritas Jasa Keuangan dan pemerintah.

"Sehingga dana dari perbankan yang sudah ditambah Rp 503,8 triliun bisa menhalir ke sektor riil," tutupnya.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...