Pendapatan Rp 2.000 T, Sri Mulyani Prediksi Ekonomi 2019 Capai 5,3 %
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan mencapai 5,3 persen. Angka tersebut berasal dari perkiraan rentang pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,2 hingga 5,6 persen.
“Akan ada beberapa yang kami ubah dalam postur (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), mungkin nanti 5,3 persen,” kata Sri di Istana Bogor, Rabu (18/7). Perubahan itu termasuk terkait pergerakan nilai tukar rupiah.
Selain pertumbuhan ekonomi, Sri juga menyampaikan bahwa pendapatan negara tahun depan diproyeksi menembus Rp 2.000 triliun. Angka tadi naik dari perkiraan tahun ini yaitu Rp 1.900 triliun. Dengan penerimaan tersebut, pemerintah akan membelanjakan anggaran dengan perbaikan prioritas.
Meski demikian, angka-angka tersebut masih menunggu dinamika global yang terjadi. Salah satu di antaranya adalah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang bersiap menaikkan tingkat suku bunga acuannya.
Hal-hal seperti inilah yang nantinya perlu diantisipasi. “Jadi, sifatnya ada perubahan yang dinamis,” ujar Sri Mulyani. (Baca: Pemerintah Waspadai Kondisi Perdagangan Dunia di Semester II).
Isu lain yang juga akan membayangi Indonesia yakni efek perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Donald Trump. Misalnya, ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menuturkan “pertempuran” Amerika dan Tiongkok dapat memicu pelemahan ekonomi global. Dampak utamanya, kedua negara dapat mengalihkan komoditas ekspornya ke Indonesia.
Lana menyebutkan, salah satu cara untuk membendung banjir komoditas impor di Indonesia bisa dengan penerapaan non-tariff barrier melalui pelabelan Standar Nasional Indonesia (SNI). “Misalnya, kewajiban label dalam bahasa Indonesia supaya masyarakat mengerti penggunaannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi semester pertama 2018 mencapai 5,1 persen. Dengan prediksi ini, dia optimistis laju ekonomi hingga akhir tahun bisa sesuai dengan target yang telah ditetapkan, tanpa perlu perubahan APBN.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebesar 5,4 persen. Namun pemerintah agak pesimistis mencapai angka tersebut. “Dari sisi makro ekonomi, pertumbuhan semester satu mencapai 5,1 persen,” kata dia.
(Baca: Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Semester I-2018 Tumbuh 5,1%).
Selain pertumbuhan ekonomi, asumsi lain juga menjadi pertimbangan pemerintah memutuskan tidak perlu ada APBN Perubahan tahun ini. Asumsi tersebut di antaranya penerimaan dan belanja tahun ini yang diprediksi bakal sesuai target APBN 2018.