Inflasi Januari Tinggi di Perdesaan, Upah Rill Buruh Tani Turun 0,29%
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, daya beli buruh tani menurun. Ini tercermin dari penurunan upah riil buruh tani pada Januari 2020 sebesar 0,29% dibandingkan Desember 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan upah riil seiring inflasi perdesaan yang cukup tinggi. "Januari kemarin terjadi perubahan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,88% sehingga upah riil turun," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/2).
Dengan begitu, rata-rata upah riil buruh tani menurun dari Rp 52.510 menjadi Rp 52.360 per hari.
(Baca: Dana Desa Dinilai Tak Berhasil Kurangi Kemiskinan )
Sedangkan upah nominal, upah buruh tani pada Januari 2020 naik sebesar 0,59% dibanding periode Desember 2019, menjadi Rp 55.046 per hari.
Upah riil dihitung berdasarkan selisih antara kenaikan upah nominal dengan inflasi. Untuk buruh tani, inflasi yang digunakan yakni indeks konsumsi rumah tangga perdesaan. Sedangkan untuk buruh bangunan berdasarkan pada indeks harga konsumen perkotaan.
Terkait hal itu, Suhariyanto menyatakan upah riil buruh bangunan atau tukang bukan mandor turun sebesar 0,05% dari Rp 85.807 menjadi Rp 85.764 per hari. Meski begitu, rata-rata upah nominalnya naik 0,34%, yaitu dari Rp 89.179 menjadi Rp 89.478 per hari.
"Upah riil menurun karena pada Januari terjadi inflasi 0,39%," ujar dia.
(Baca: Daya Beli Petani dan Buruh Bangunan Melemah pada Juli 2019)
Selanjutnya, upah riil buruh potong rambut wanita juga menurun sebesar 0,05%, yaitu dari Rp 27.341 menjadi Rp 27.327 per kepala. Namun, rata-rata upah nominal upah buruh ini mengalami kenaikan sebesar 0,34%, yaitu dari Rp 28.415 menjadi Rp 28.510 pe kepala.
Upah riil asisten rumah tangga per bulannya juga turun sebesar 0,38% yaitu dari Rp 403.443 menjadi Rp 401.916. Lalu, rata-rata upah nominalnya mengalami kenaikan sebesar 0,01%, yaitu dari Rp 419.298 menjadi Rp 419.319 per bulan.