Wabah Corona Hambat Komunikasi BKPM dengan Investor Asia Timur
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan penyebaran wabah corona telah menghambat komunikasi pihaknya dengan investor Asia Timur. Akibatnya, banyak proses diskusi investasi selama beberapa bulan terganggu.
"Komunikasi sulit dari negara Asia Timur. Korea Selatan juga begitu," kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Ikmal Lukman di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/3).
Menurutnya, untuk memutuskan investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI), investor akan memiliki penghitungan yang matang sebelum menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, mengenai seperti apa keputusan investasi tersebut hingga kini belum bisa diketahui oleh pemerintah lantaran menunggu komunikasi dengan kantor pusat (head quarter) atau partner lokal dari investor tersebut.
(Baca: BKPM Tuntaskan 9 Proyek Investasi Mangkrak Senilai Ratusan Triliun)
Namun, pihaknya memastikan belum ada investor yang menarik diri atau menghentikan investasinya di Indonesia. "Ini hanya belum ada komunikasi lebih lanjut," ujar dia.
Dia berharap, permasalahan tersebut akan segera teratasi seiring dengan meredanya wabah corona di Tiongkok. Oleh karena itu, BKPM juga tidak merevisi target investasi tahun ini sebesar Rp 886 triliun.
Di sisi lain, BKPM juga akan terus mengawal rencana investasi yang akan masuk ke Tanah Air. Hal ini untuk memastikan investasi tersebut dapat berjalan dengan baik.
"Jadi kalau ada hambatan, akan kami bantu atasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengkhawatirkan wabah virus corona dapat mempengaruhi investasi Tiongkok di Indonesia. Ini bisa saja terjadi, apabila masalah tersebut tak dapat ditangani hingga dua bulan ke depan.
Kendati demikian, menurut BKPM hingga saat ini belum ada dampak signifikan terhadap iklim investasi di Tanah Air.
(Baca: Virus Corona akan Ganggu Investasi jika Dalam Dua Bulan Tak Tertangani)
Bahlil mengatakan wabah virus corona mempengaruhi hampir seluruh perekonomian negara kawasan Asia. Oleh karena itu, pihaknya tengah melakukan kajian mendalam untuk mengantisipasi dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Satu bulan pertama belum ada dampak signifikan, tapi kalau belum selesai dalam dua bulan ke depan ini otomatis akan berdampak pada realisasi investasi dari Tiongkok," kata dia usai rapat dengar pendapat bersama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (5/2)
Realisasi investasi dari Tiongkok jumlahnya cukup besar. Menurut catatan BKPM, investasi asal Tiongkok ke Indonesia pada 2019 naik ke peringkat dua.
Tiongkok menanamkan modalnya senilai US$ 4,7 miliar dengan total proyek sebanyak 2.130. Nilai investasi asal Tiongkok meningkat hingga 99,6%, sedangkan proyek meningkat 36,4% dibandingkan tahun sebelumnya.