Danantara Ungkap Minat Mitsubishi Jepang Investasi EBT RI, 3 Emiten Potensi Cuan


Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias BPI Danantara Indonesia membeberkan potensi kerja sama investasi di bidang Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan perusahaan Jepang, Mitsubishi Corporation (Tokyo). Investasi ini merupakan bagian dari rencana strategis pengembangan energi hijau Tanah Air.
Hal itu disampaikan oleh Chief Executive Officer (CEO) Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, dalam pertemuan Mitsubishi Corporation (Tokyo) dan entitas afiliasinya, PT Donggi Senoro LNG dan PT Diamond Gas Management Indonesia. Rosan menyebut kerja sama itu sejalan dengan nota kesepahaman yang telah ditandatangani antara Danantara dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) beberapa waktu lalu di Jepang.
COO LNG Asia-Pacific Division, Environmental Energy Group, Mitsubishi Corporation, Mr. Gen Kunihiro, menyampaikan tertarik untuk terlibat dalam proyek-proyek transisi menuju ekonomi hijau dan digital di Indonesia. “Khususnya di sektor panas bumi atau geothermal,” tulis Rosan dalam kanal resmi media sosial Instagramnya, dikutip Rabu (30/7).
3 Emiten EBT Disebut Bakal Cuan dari Investasi Danantara
Seiring dengan itu, masuknya Danantara untuk mendorong proyek strategis nasional di sektor energi dinilai bakal menguntungkan sejumlah emiten energi. Khususnya bidang Energi Baru Terbarukan atau EBT.
Pemerintah tengah memburu berbagai proyek strategis nasional demi mencapai swasembada energi. Danantara juga telah mengatakan akan memprioritaskan investasi pada dua sektor penting dalam enam bulan ke depan.
Analis MNC Sekuritas cabang Pantai Indah Kapuk Hijjah Marhama, atau sering disapa Rahma, mengatakan emiten sektor EBT yang akan menjadi leading di bidang geothermal nasional dan EBT adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah merencanakan penandatanganan Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) antara Danantara dan PGEO terkait pelaksanaan proyek investasi prioritas negara pada Selasa (24/6).
Duet jumbo antara PGEO dan Danantara ini diharapkan menjadi katalis bagi percepatan hilirisasi energi serta mendorong pertumbuhan ekonomi hijau di tingkat nasional. Selain sentimen positif dari kerjasama tersebut, Rahma memandang prospek PGEO akan cerah hingga akhir tahun 2025 dengan proyeksi laba penuh tahun 2025 yang diproyeksikan mencapai US$ 132 juta hingga US$ 138 juta atau setara dengan Rp 2,25 triliun (dengan kurs 16.329 terhadap dolar Amerika Serikat).
PT Arkora Hydro Tbk (ARKO)
Kemudian, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) dipandang juga akan kebagian nilai positif dari rencana investasi Danantara. Bila menilik prospeknya, Rahma mengatakan ARKO tengah beroperasi menambah kapasitas pembangkit listrik EBT.
Dalam aksi korporasi terbaru yang disampaikan perseroan kepada BEI, emiten grup Astra ini baru saja mendirikan dua perusahaan baru melalui dua entitas anak yaitu PT Arkora Energi Merah Putih (AEMP) dan PT Arjuna Hidro (AH). Keduanya menggenggam kepemilikan sebesar 99,99%. Perusahaan baru tersebut diberi nama PT Pembangunan Hydro Indonesia (PHI) dan PT Arkora Merah Putih (AMP).
“Pendirian PT PHI dan PT AMP, melalui AEMP dan AH yang menjadi pemegang saham, menjadikan perseroan secara tidak langsung memiliki kepemilikan saham kepada PT PHI dan PT AMP sebesar 99%,” kata manajemen ARKO dalam keterbukaan informasi dikutip Jumat (18/7).
Pendirian dua perusahaan tersebut menjadi langkah strategis perseroan dalam mendukung rencana perkembangan kegiatan usaha ARKO, termasuk mengantisipasi potensi penambahan proyek-proyek baru yang akan dijalankan olehnya.
Selama tahun ini, ARKO berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listriknya dengan mengembangkan proyek-proyek baru dan mengakuisisi pembangkit listrik tenaga air yang sudah beroperasi. Selain itu, perusahaan berfokus pada peningkatan efisiensi operasional dan penerapan teknologi mutakhir dalam pengelolaan energi terbarukan.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sedang melakukan ekspansi bisnis di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Dalam aksi terbaru, perusahaan di bawah Barito Group itu meresmikan dan peletakan batu pertama (groundbreaking) lima proyek PLTP milik anak usaha, Star Energy Geothermal, di Salak dan Wayang Windu, Jawa Barat.
Selain itu, Barito Renewables juga menginvestasikan sebesar US$ 365 juta atau sekitar Rp 5,91 triliun untuk menambah kapasitas pembangkitan listrik sebesar 112 megawatt (MW). Sejumlah proyek yang dijalankan dalam rangka investasi itu telah menyerap 3.356 tenaga kerja, sekaligus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal serta pembangunan rendah karbon.
Langkah ekspansi lainnya adalah dengan membangun tiga unit baru yang terdiri dari pembangunan unit Salak Binary, dengan total investasi sebesar US$ 45,5 juta dan kapasitas terpasang 16,6 MW, telah beroperasi secara komersial (COD) sejak Februari 2025.
Kemudian Wayang Windu Unit 3 yang direncanakan mulai beroperasi secara komersial pada Desember 2026. Proyek ini menyerap investasi senilai US$ 106,3 juta dengan kapasitas 30 MW. Lalu Salak Unit 7 juga ditargetkan COD pada Desember 2026, dengan nilai investasi US$ 133 juta dan kapasitas sebesar 40 MW.
“BREN sendiri juga dalam pengoperasiannya sudah mencapai 38% pangsa pasar di Indonesia melalui pengoperasian 3 aset panas bumi di Jawa Barat, dengan total kapasitas terpasang sebesar 886 megawatt (MW),” kata Rahma.