Mengintip Prospek Saham AADI dan SCMA Usai Masuk LQ45, Bagaimana Peluangnya?


Dua saham baru masuk ke dalam indeks bergengsi LQ45, yakni saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Masuknya kedua saham tersebut diumumkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mulai berlaku dalam daftar LQ45 untuk periode 1 Agustus hingga 31 Oktober 2025.
AADI dan SCMA menggantikan dua emiten yang didepak dari indeks tersebut, yakni PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Senior Investment Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai masuknya AADI dan SCMA ke indeks 45 saham paling likuid di bursa disebabkan oleh tren penguatan harga saham tersebut belakangan ini.
“Ketika saham mengalami rally dan tren kenaikan, otomatis kapitalisasi pasarnya ikut naik. Hal ini membuat saham tersebut berpeluang besar masuk ke indeks LQ45,” ujarnya kepada Katadata.co.id pada Senin (28/7).
Selain faktor teknikal, ia menambahkan bahwa kinerja fundamental dan penerapan tata kelola perusahaan (good corporate governance) juga menjadi penentu masuknya saham tertentu ke LQ45.
“Yang penting kuncinya good governance,” ujarnya.
Meski demikian, Nafan menyampaikan emiten yang dikeluarkan dari indeks LQ45 sebenarnya juga memiliki kinerja fundamental yang cukup baik. Namun, pergerakan harga sahamnya tidak sekuat atau selikuid saham-saham yang menggantikan. Akibatnya kapitalisasi pasar kedua emiten tersebut menyusut.
Prospek Cerah AADI dan SCMA
Secara spesifik, Nafan menyoroti prospek bisnis kedua emiten tersebut. Menurut Nafan, saham milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir ini, AADI, memiliki prospek positif yang didorong oleh peningkatan permintaan batu bara.
Nafan mengatakan permintaan batu bara akan tinggi seiring dengan pemulihan ekonomi global. Ditambah lagi sebagian negara sedang memasuki musim dingin sehingga akan meningkatkan permintaan batu bara.
Katalis positif lainnya datang dari kepatian perdagangan global yang mulai terbentuk. Kemudian adanya dinamika perlindungan perdagangan yang menghasilkan kesempatan komprehensif, termasuk rencana pengenaan tarif oleh pemerintah AS di kisaran 15 sampai 50% mulai 1 Agustus 2025.
“Ini tentu berdampak positif bagi pemulihan permintaan batu bara secara global,” katanya.
Sementara untuk SCMA, ia melihat meningkatnya permintaan layanan video on demand sebagai faktor pendorong pertumbuhan. Konektivitas yang membaik mendorong konsumsi konten digital dapat menguntungkan SCMA dalam mengembangkan platform digitalnya.
Ia juga meyakini prospek saham-saham di indeks LQ45 akan tetap cerah, terlebih dengan tren perbaikan ekonomi domestik. Kondisi makro yang kondusif, tren penurunan suku bunga, serta komitmen pemerintah dalam menyalurkan stimulus akan memberikan sentimen positif terhadap prospek kinerja emiten ke depan.
Gerak Saham AADI dan SCMA Setelah Masuk LQ45
Setelah resmi diumumkan masuk ke dalam indeks bergengsi LQ45, saham AADI dan SCMA langsung bergerak ke zona hijau.
Berdasarkan data perdagangan BEI, Senin (28/7) saham AADI tercatat naik 2,18% atau setara 150 poin ke level 7.025. Meski demikian, sejak awal tahun (year to date) saham AADI masih mencatatkan koreksi sebesar 17,11%. Adapun pada perdagangan sebelumnya, Jumat (25/7) saham ini melemah 0,72% atau 50 poin.
Sementara itu, saham SCMA melonjak lebih tinggi, menguat 8,94% atau 16 poin ke level 195. Sejak awal tahun, saham SCMA telah menguat 16,77%. Pada perdagangan sebelumnya, saham ini juga mencatat kenaikan tipis sebesar 0,56% atau 1 poin.