Menakar Prospek Saham BREN di Tengah Sentimen MSCI dan Aksi Borong Prajogo


Saham emiten sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mengalami koreksi 0,63% atau 50 poin ke level 7825 pada perdagangan Rabu (23/7). Koreksi terjadi usai pengendali utamanya, Konglomerat Prajogo Pangestu mengeruk 3 ribu saham BREN di harga Rp 7.944 per saham pada Senin (21/7) dengan transaksi mencapai Rp 23,8 miliar.
Meski mengalami koreksi, secara bulanan saham BREN sebenarnya telah menunjukkan kenaikan signifikan. Data BEI mencatat harga saham BREN telah naik 33,76% selama sebulan dari Rp 5.850 pada perdagangan Jumat (24/6).
VP Head of Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menyampaikan saham BREN sedang bergeliat saat ini. Hal tersebut dipicu oleh beberapa sentimen. Sentimen pertama, aksi beli Prajogo dan pertumbuhan kinerja solid yang semakin mendorong kenaikan harga di pasar.
“Hal ini kami perkirakan membentuk kepercayaan publik dan pertumbuhan yang resilien di kuartal pertama 2025 dengan laba bersih naik 24% year on year,” kata dia kepada Katadata.co.id.
Sentimen kedua berasal dari ramalan soal potensi saham BREN akan masuk indeks bergengsi Morgan Stanley Capital International atau MSCI. Potensi ini muncul karena pada proses rebalancing Agustus 2025, BREN telah memenuhi ambang batas free float sebesar 11,6% atau senilai US$ 5,86 miliar.
“Rata-rata nilai transaksi harian (3M ADTV) mencapai Rp282 miliar, mencerminkan tingkat likuiditas yang solid,” kata dia.
Selain itu, potensi ini diperkuat akibat BREN yang sudah tidak lagi masuk dalam daftar pengecualian MSCI, seperti Unusual Market Activity (UMA) atau Foreign Cap Adjustment (FCA), sehingga peluangnya untuk masuk indeks semakin terbuka. Dengan beberapa sentimen tersebut, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan saham BREN untuk dibeli dalam jangka pendek atau trading buy dengan target harga di Rp 8.200.
Di sisi lain, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengatakan, aksi pembelian saham oleh Prajogo yang merupakan pengendali BREN merupakan cerminan antusias pemilik usaha terhadap usahanya sendiri. “Ini adalah bentuk optimisme terhadap perusahaannya sendiri,” kata dia.
Angga memandang BREN sedang menuju target harga di Rp 8.500 untuk saat ini. Meski begitu, dia tidak menyarankan investor atau trader untuk membeli saham BREN di harga saat ini.
Menakar Prospek BREN Melalui Aksi Ekspansi
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sedang melakukan ekspansi bisnis di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Dalam aksi terbaru, perusahaan di bawah Barito Group itu meresmikan dan peletakan batu pertama (groundbreaking) lima proyek PLTP milik anak usaha, Star Energy Geothermal, di Salak dan Wayang Windu, Jawa Barat.
Selain itu, Barito Renewables juga menginvestasikan sebesar US$ 365 juta atau sekitar Rp 5,91 triliun untuk menambah kapasitas pembangkitan listrik sebesar 112 megawatt (MW). Sejumlah proyek yang dijalankan dalam rangka investasi itu telah menyerap 3.356 tenaga kerja, sekaligus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal serta pembangunan rendah karbon.
Langkah ekspansi lainnya adalah dengan membangun tiga unit baru yang terdiri dari pembangunan unit Salak Binary, dengan total investasi sebesar US$ 45,5 juta dan kapasitas terpasang 16,6 MW, telah beroperasi secara komersial (COD) sejak Februari 2025.
Kemudian Wayang Windu Unit 3 yang direncanakan mulai beroperasi secara komersial pada Desember 2026. Proyek ini menyerap investasi senilai US$ 106,3 juta dengan kapasitas 30 MW. Lalu Salak Unit 7 juga ditargetkan COD pada Desember 2026, dengan nilai investasi US$ 133 juta dan kapasitas sebesar 40 MW.