Pertamina NRE Berminat Bangun Pembangkit Nuklir

Mela Syaharani
30 Juni 2025, 09:56
pertamina NRE, cina, rusia
Dok Pertamina NRE
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pertamina New and Renewable Energy (NRE) menyatakan minat mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Pengembangan PLTN masuk dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2025-2034.

“Kami berminat karena ingin selalu berkontribusi, apalagi kami bagian dari energi baru dan terbarukan,” kata Direktur Utama Pertamina NRE, John Anis saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6).

Meski demikian, John mengatakan Pertamina akan menyerahkan segala keputusannya kepada pemerintah.

“Apakah nanti konsorsium dengan PLN atau dengan yang lain tidak ada masalah. Terpenting kami pragmatik saja, kita perlu energi yang efisien salah satunya nuklir,” ujarnya.

Dalam RUPTL terbaru, Indonesia berencana membangun PLTN dengan total kapasitas 500 megawatt. Dia menyebut, pemerintah saat ini masih membahas rencana pembangunan RUPTL.

Untuk mengembangkan PLTN, menurut dia, perlu kesiapan dari berbagai aspek, meliputi kesiapan regulasi, teknologi, tempat pembangunan, hingga jenis pembangkit. 

Menurut John, sudah sewajarnya memang proyek semacam ini membutuhkan pendanaan yang besar. 

“Intinya adalah investasinya berapa, returnnya berapa. Tapi meskipun biaya besar kalau jangka panjang returnnya baik, jalan juga seperti Cuna, Amerika, Prancis yang pembangkitnya 70% nuklir,” kata.

Dia mengatakan, terkait pembiayaan juga ada potensi disokong dari Danantara. “Pasti danantara, kami kan bagian dari danantara,” katanya.

Lirik Teknologi Rusia Cina

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Indonesia membuka peluang kerja sama pengembangan teknologi nuklir dengan negara-negara seperti Cina dan Rusia. 

“Jadi untuk teknologi PLTN yang ditawarkan ada dari Cina atau Rusia. Ini mungkin juga dibahas dalam kunjungan Pak Menteri ke Rusia, kita tunggu penjelasannya,” kata Wakil Menteri EScDM Yuliot Tanjung di Jakarta, Jumat (20/6). 

Berdasarkan dokumen RUPTL, dua wilayah yang direncanakan akan menjadi lokasi pengembangan PLTN adalah Kalimantan Barat (250 MW) dan Sumatra bagian Selatan (250 MW). Teknologi yang dipertimbangkan mencakup reaktor skala kecil (small modular reactor atau SMR) maupun reaktor skala besar (large modular reactor atau LMR). 

“Kami mencoba melihat apakah akan menggunakan teknologi yang skalanya kecil atau besar,” ujar Yuliot. 

Meskipun belum memutuskan jenis reaktor yang akan digunakan, Yuliot menyampaikan bahwa Indonesia telah mempelajari teknologi LMR dari Kanada dan Korea Selatan. Di sisi lain, Indonesia juga tengah menjajaki peluang kerja sama dengan negara-negara pengguna teknologi SMR.

“Kami saat ini mempertimbangkan teknologi yang ditawarkan serta persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang minimal 40%,” kata dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...