Prospek Saham BUMI: Diversifikasi dan Jurus Genjot Laba, Bersiap Bangkit 2026?

Nur Hana Putri Nabila
26 Juni 2025, 08:24
Tambang Bumi Resources
Bumi Resources
Tambang Bumi Resources
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) diperkirakan akan membukukan lompatan kinerja mulai 2026 mendatang. Analis Sucor Sekuritas, Yoga Ahmad Ghifari memperkirakan laba bersih perusahaan akan meningkat sebesar 14% secara tahunan (year-on-year) menjadi US$ 72 juta atau setara Rp 1,17 triliun. 

Proyeksi pemulihan ini didorong oleh stabilnya harga batu bara dan penurunan biaya bahan bakar, yang berpotensi memperluas margin keuntungan perusahaan. “Dan manfaat penuh dari penurunan tarif royalti Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), yang mendorong pemulihan margin lebih kuat,” kata Yoga dalam risetnya, dikutip Kamis (26/6). 

Meski begitu, Yoga menyebut sebelum terjadi lompatan, pada 2025 laba bersih BUMI diproyeksi akan turun sebelum mulai pulih secara signifikan pada tahun berikutnya. Sucor Sekuritas memperkirakan laba bersih BUMI pada 2025 akan turun tipis menjadi sekitar US$ 66 juta atau setara Rp 1,07 triliun. 

Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara di dua anak usahanya, yakni Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia. Ia menjelaskan Sucor Sekuritas menggunakan asumsi konservatif dalam proyeksi ASP, yaitu sebesar US$ 68 per ton untuk KPC dan US$ 55 per ton untuk Arutmin. 

Sementara itu, biaya tunai diperkirakan mencapai US$ 60 per ton untuk KPC dan US$ 49 per ton untuk Arutmin. Kombinasi antara penurunan ASP dan tingginya biaya produksi ini mengakibatkan margin keuntungan BUMI menyempit.

Apabila menilik laporan keuangan kuartal pertama 2025, BUMI membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$ 17,9 juta atau setara Rp 297,9 miliar. Angka ini anjlok hingga 3,6% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 67,6 juta.

Adapun laba bersih sebesar US$ 17,8 juta atau setara Rp 297,9 miliar sedangkan pendapatan sebesar US$ 348,7 juta pada kuartal pertama 2025. Torehan ini naik 12,14% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$3 11,01 juta.

Secara paralel, BUMI tengah menyelesaikan akuisisi aset bauksit di Indonesia, yang akan diikuti dengan pembangunan pabrik pengolahan alumina. Akuisisi ini diperkirakan akan selesai tahun ini dan saat ini berada dalam tahap due diligence

Pabrik pengolahan alumina diperkirakan akan beroperasi pada pertengahan 2028. Produksi bauksit awal diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun dan akan meningkat menjadi 3 juta ton per tahun setelah pabrik selesai dibangun. Total biaya modal (capex) untuk proyek pabrik ini diperkirakan sekitar US$1,5 miliar. 

 “Kami percaya dua akuisisi ini dapat meningkatkan profitabilitas BUMI dan memperbaiki kinerja keuangan,” ucap Yoga. 

Sucor Sekuritas merekomendasikan beli saham BUMI dan target harga sebesar Rp 160 per saham, yang dihitung berdasarkan metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan asumsi WACC sebesar 11,2%. Menurut Yoga, BUMI saat ini tengah berada dalam fase transformasi jangka panjang, yang ditandai dengan strategi diversifikasi bisnis di luar batu bara termal. 

Meski demikian, perusahaan tetap menjaga kestabilan produksi dari dua tambang andalannya, yakni Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia (AI). Sucor menyebut strategi ini dapat menyeimbangkan antara pertumbuhan jangka panjang dan ketahanan operasional dalam jangka pendek.

“Perusahaan berencana untuk menghasilkan 50% dari EBITDA-nya dari segmen non-batu bara pada tahun 2030, didukung oleh potensi akuisisi di sektor emas dan alumina, serta pengembangan jangka panjang dalam gasifikasi batu bara dan tembaga,” tambah Yoga.

Prospek dan Bisnis Batu Bara

Sucor Sekuritas menilai BUMI tetap menjadi produsen batu bara terbesar di Indonesia dengan proyeksi produksi stabil sebesar 80 juta ton per tahun, didukung oleh cadangan sebesar 940 juta ton dan sumber daya sebesar 4,5 miliar ton. 

KPC dan Arutmin diperkirakan akan mempertahankan produksi gabungan sebesar 79-81 juta ton dalam tiga tahun ke depan. Kedua aset tersebut menikmati keunggulan infrastruktur dan efisiensi biaya, dengan KPC dan Arutmin mempertahankan biaya tunai rendah sebesar 50-65 per ton. 

Skema royalti IUPK baru juga secara signifikan meningkatkan profitabilitas, dengan menurunkan tarif royalti dari 28% menjadi 19% pada harga acuan saat ini dan membuka peluang ekspansi margin struktural.

Sucor Sekuritas memperkirakan BUMI akan mempertahankan tingkat produksinya pada kisaran 79 juta-81 juta ton per tahun. Produksi batu bara tetap berjalan sesuai rencana sebesar 80 juta ton per tahun, terdiri dari 55 juta ton dari KPC dan 25 juta ton dari Arutmin. Selain itu, perusahaan menerapkan efisiensi biaya melalui rasio pengupasan yang lebih rendah sebagai respons terhadap penurunan harga batu bara. 

“BUMI juga terbuka untuk memperluas segmen perdagangan batubaranya dengan bermitra dengan tambang-tambang terdekat, dengan Ithaca Resources sebagai calon potensial,” ujar Yoga. 

Sucor Sekuritas melihat inisiatif non-batu bara BUMI sebagai katalis utama untuk re-rating. Perusahaan berada pada tahap akhir akuisisi. Pertama aset pertambangan emas di Australia dengan potensi produksi 100.000 oz/tahun dan IRR 33%.

Kemudian konsesi bauksit di Indonesia yang akan diikuti dengan pembangunan pabrik pengolahan alumina senilai $1,5 miliar (produksi 1-3 juta ton/tahun). 

Yoga mengatakan inisiatif ini menandakan pergeseran strategis menuju aset bermargin tinggi dan berumur panjang yang secara signifikan meningkatkan EBITDA masa depan sambil mengurangi ketergantungan pada batu bara termal.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...