Strategi Bumi Resources (BUMI) di Balik Akuisisi Tambang Emas di Australia


PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan mengakuisisi perusahaan tambang emas dan tembaga di Australia, Wolfarm Limited senilai Rp 350 miliar. Rencana akuisisi ini merupakan bagian dari upaya perusahana melakukan diversifikasi bisnis.
Mengutip siaran pers BUMI, perusahaan saat ini telah menandatangani kesepakatan awal dengan Wolfarm. Akuisisi Wolfram dinilai langkah strategis lantaran tambang ini diperkirakan dapat memproduksi emas dan tembaga dalam waktu relatif singkat.
Adapun penyelesaian transaksi akuisisi ini masih menunggu persetujuan dari Foreign Investment Review Board (FIRB) di Australia. Manajemen memastikan, BUMI telah melakukan sejumlah kajian secara komprehensif selama beberapa tahun terakhir untuk mendukung strategi diversifikasi.
Perusahaan saat ini fokus pada aset-aset yang sedang dalam tahap produksi atau yang berpotensi memulai produksi dalam waktu dekat.
Terbitkan Surat Utang untuk Akuisisi Wolfarm Limited
Guna membiayai akusisi Wolfarm, BUMI saat ini tengah menawarkan obligasi berkelanjutan tahap I tahun 2025 senilai Rp 350 miliar.
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan perseroan pada Kamis (19/6) di Bursa Efek Indonesia, nilai akuisisi Wolfarm Limited mencapai 33 juta dolar Australia. Nilai akuisisi ini setara Rp 350 miliar dengan asumsi kurs tengah BI pada 9 Mei 2025 sebesar Rp 10.593 per dolar AS.
Penerbitan obligasi ini akan dilakukan BUMI dalam tiga seri, yakni seri A dengan tenor 370 hari, seri B dengan tenor 3 tahun, dan seri C dengan tenor 5 tahun.
Bunga Obligasi dibayarkan setiap triwulan, dengan pembayaran pertama pada 8 Oktober 2025. Sedangkan bunga obligasi terakhir sekaligus pelunasan akan dibayarkan pada 18 Juli 2026 untuk seri A, 8 Juli 2028 untuk seri B, dan 8 Juli 2030 untuk seri C.
Kinerja Bumi Resources (BUMI)
Dalam prospektus obligasi BUMI, perusahaan menjelaskan total liabilitas hingga akhir tahun lalu mencapai US$ 1,3 miliar atau setara Rp 21 triliun (asumsi kurs Jisdor akhir 2024 Rp 16.157 per dolar AS).
Total liabilitas tersebut, terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar US$ 530 juta dan liabilitas jangka panjang US$ 768,5 juta.
Total liabilitas BUMI turun menjadi US$ 1,16 miliar pada kuartal I 2025. Penurunan terutama terjadi pada liabilitas jangka pendek menjadi US$ 450 juta, sedangkan liabilitas jangka panjang turun menjadi US$ 715 juta.
Adapun BUMI mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2025 sebesar US$ 17,9 juta, anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 67,6 juta. Kinerja laba perusahaan anjlok akibat pendapatan yang turun dari US$ 1,44 miliar menjadi US$1,17 miliar seiring penurunan harga batu bara.
Kinerja laba bersih perusahaan pada sepanjang tahun lalu sempat melonjak 45,5% dibandingkan 2023 mencapai US$ 170,9 juta atau setara Rp 2,76 triliun. Laba bersih BUMI melonjak seiring beban pokok pendapatan yang berhasil diturunkan sebesar 14% menjadi US$ 5,1 miliar meski pendapatan turun 13% menjadi US$ 5,7 miliar.
Adapun pada perdagangan pagi ini, saham BUMI menjadi yang paling banyak diperdagangkan dari sisi volume mencapai 5,7 juta saham senilai Rp 70 miliar hingga pukul 09.41 WIB. Harga saham BUMI naik 2,48% ke level 124.
Harga saham BUMI sempat anjlok 4,72% ke level Rp 121 pada perdagangan kemarin. Namun, harga sahamnya tercatat naik hampir 40% dalam tiga bulan terakhir.