Wall Street Naik di Tengah Proses Negosiasi Dagang AS - Cina


Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan saham hari Selasa (10/6) karena investor berharap akan ada penyelesaian positif dalam pembicaraan perdagangan antara AS dan Cina.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 105,11 poin atau 0,25% dan berakhir di level 42.866,87. Lalu S&P 500 terangkat 0,55% ke posisi 6.038,81, sedangkan Nasdaq Composite melesat 0,63% ke 19.714,99. Investor terus mengakumulasi saham hingga menutup sesi positif ketiga secara berturut-turut bagi S&P 500 dan Nasdaq.
Di sisi lain, pejabat AS dan Cina melanjutkan dialog dagang mereka di London untuk hari kedua. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick berharap agar negosiasi ini dapat mencapai kesepakatan pada Selasa malam. Ia juga menyebut pembicaraan bisa berlanjut hingga Rabu jika diperlukan.
“Pembicaraan ini sangat baik, kami benar-benar mencurahkan waktu, tenaga, dan fokus untuk menyelesaikan ini bersama,” ujar Lutnick dikutip CNBC, Rabu (11/6).
Di samping itu, para pelaku pasar terus mencermati pembicaraan AS-Cina karena bisa menjadi kunci untuk meredakan ketegangan dagang. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat mengancam akan menaikkan tarif impor dari Cina. Kemudian pada bulan lalu kedua negara sepakat untuk menurunkan sementara. Investor menganggap hal itu sebagai kemajuan besar.
Selain itu, saham-saham juga terdorong oleh kinerja keuangan perusahaan yang solid dan lonjakan harga saham teknologi. Terutama setelah banyak perusahaan mengumumkan inovasi terbaru di bidang kecerdasan buatan (AI).
Menurut Kepala Strategi Global di Freedom Capital Markets, Jay Woods, mengatakan secara teknikal pergerakan saham sedang membaik. “Pasar berhasil naik melewati level penting dan kini kembali ke jalur yang benar. Bahkan jika nanti turun, titik turunnya tidak terlalu dalam dan justru bisa menjadi peluang beli yang bagus,” ucap Woods.
Namun, beberapa investor khawatir bahwa tarif saat ini dapat mendorong inflasi lebih tinggi dalam waktu dekat, yang berpotensi membebani saham.
Kepala Investasi Siebert Financial, Mark Malek, menilai bahwa meskipun situasi tarif belum sepenuhnya jelas, kemungkinan penerapan tarif tambahan tetap ada. Bank Sentral AS juga masih mencemaskan potensi tekanan inflasi yang mungkin belum sepenuhnya terlihat saat ini.
Berdasarkan tarif yang sudah berlaku, Malek menyebut sektor-sektor seperti otomotif, pakaian, dan makanan diperkirakan akan mulai menunjukkan gejala awal inflasi akibat beban tarif tersebut.