Target Listrik Didongkrak, Ini Daftar Emiten Berpotensi Kecipratan Berkah


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik naik menjadi 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034. Sejumlah emiten diperkirakan akan mendapatkan berkah dari kenaikan target ini.
Customer Engagement and Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas, Chory Agung mengatakan, emiten yang berpotensi mendapat keuntungan dari kebijakan ini, mencakup sektor infrastruktur, energi baru terbarukan (EBT), hingga logistik. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) menargetkan porsi EBT sebesar 52% sehingga kebijakan ke depan, akan menitikberatkan pada transisi energi.
“Maka, emiten yang adaptif terhadap EBT, efisiensi, dan teknologi smart energy akan paling sustain di jangka panjang,” kata Chory kepada Katadata.co.id, dikutip Rabu (28/5).
1. Emiten Infrastruktur dan Konstruksi, karena proyek pembangkit pasti butuh konstruksi dan infrastruktur:
- PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
- PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
- PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Perusahaan-perusahaan ini sering terlibat dalam proyek EPC (Engineering, Procurement, Construction) pembangkit listrik dan transmisi.
2. Emiten Energi Konvensional (Batu bara & PLTU)
Meskipun tren RUPTL makin mengarah ke energi bersih, pembangkit berbasis batu bara belum sepenuhnya ditinggalkan:
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) – Terlibat juga dalam PLTU dan hilirisasi energi.
- PT Indika Energy Tbk (INDY) – Meski transisi ke energi hijau, tetap punya aset PLTU.
- PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) – Punya exposure ke PLTU dan juga mulai masuk ke EBT.
3. Emiten Energi Terbarukan (EBT)
RUPTL akan mendorong proporsi EBT (Energi Baru Terbarukan). Emiten di bidang ini akan sangat diuntungkan:
- PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) – Fokus di energi panas bumi.
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) – Anak usaha Barito Pacific di sektor energi terbarukan.
- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) – mulai ekspansi ke EBT, selain migas.
4. Emiten Teknologi & Smart Grid
Dengan peningkatan kapasitas listrik, potensi smart grid dan digitalisasi sistem kelistrikan juga naik:
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Lewat anak usaha atau kerjasama di digitalisasi pembangkit/transmisi.
- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) – Infrastruktur telekom bisa terlibat dalam smart grid atau IoT monitoring.
5. Emiten Logistik dan Komponen
Kebutuhan kabel, transformator, dan logistik proyek juga meningkat:
- PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI) – Penyedia kabel listrik.
- PT Voksel Electric Tbk (VOKS) – Produsen kabel listrik.
- PT Transkon Jaya Tbk (TRJA) – Logistik dan transportasi alat berat (mendukung proyek infrastruktur energi).
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) sekaligus Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa sebelumnya mengatakan, permintaan industri surya photovoltaic (PV) akan bertambah usai dikeluarkannya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034.
Energi surya mendapat porsi yang cukup besar dalam RUPTL. Dalam RUPTL ditargetkan penambahan pembangkit listrik naik menjadi 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034. Komposisi dalam RUPTL terbagi menjadi 42,6 GW untuk pembangkit EBT (61%), 10,3 GW untuk storage (15%), serta pembangkit fosil 16,6 GW (24%).
Adapun porsi pembangkit EBT terdiri atas beberapa jenis sumber energi, mulai dari sumber energi surya 17,1 GW, air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan nuklir 0,5 GW.
“Saya kira ada sinyal permintaan dalam negeri akan cukup besar akan menarik investasi di rantai pasok industri PV dan industri pendukung PLTS lainnya,” kata Fabby saat dihubungi Katadata, Selasa (27/5).
Fabby mengatakan, porsi tenaga surya dalam penambahan RUPTL menjadi bagian yang terbesar dari sumber EBT dikarenakan pembangunannya yang relatif memerlukan waktu lebih pendek dan harga listriknya lebih murah. Dengan potensi investasi tersebut, PLN harus bisa mengeksekusi rencana penambahan pembangkit sesuai target RUPTL.