Menilik Geliat Saham AADI dan DAAZ Usai Masuk Indeks FTSE, Bagaimana Prospeknya?

Karunia Putri
28 Mei 2025, 08:58
Cara Investasi Saham
Pexels
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Gerak saham dua emiten tambang PT Daaz Bara Lestari Tbk dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mencuri perhatian dalam sepekan terakhir. Hal itu dipicu oleh masuknya kedua saham dalam indeks terbaru yang dikeluarkan The Financial Times Stock Exchange atau FTSE yang berbasis di London. 

Dalam pengumuman terbaru, FTSE memasukkan saham AADI dalam indkes Amsll Caps dan saham DAAZ dalam indeks small caps. Indeks ini akan berlaku hingga 23 Juni 2925. 

Merujuk data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, saham DAAZ mengalami kenaikan 1,86% dalam sepekan. Pada 21 Mei Harga saham DAAZ berada i Rp 4.310 naik menjadi Rp 4.390 pada penutupan perdagangan Selasa (27/5). Sementara dalam sebulan terakhir Harga saham DAAZ sudah naik 9,2%. 

DAAZ merupakan perusahaan yang baru  melantai di Bursa Efek Indonesia pada 11 November 2024. Dalam proses IPO tersebut, perusahaan menawarkan 300 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham, setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Setiap saham ditawarkan dengan harga Rp 880, sehingga total dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini mencapai Rp 264 miliar. Sejak resmi tercatat di BEI, saham DAAZ mencatat harga tertinggi sebesar Rp 7.725 dan harga terendah sebesar Rp 1.375. 

Berbeda halnya dengan DAAZ, saham AADI justru mengalami penurunan 2,01% dalam sepekan terakhir. Sementara dalam satu bulanan, Harga saham AADI mengalami kenaikan tipis 3,9%. 

Pergerakan lesu saham AADI salah satunya dipicu pengumuman AADI yang tidak membagikan dividen final untuk tahun buku 2024. Pada Juni 2024 AADI telah membagikan dividen sebesar US$2,2 miliar atau setara 183% dividend payout ratio.

Saat ini Adaro Andalan masih terikat dengan kebijakan dividen pada saat IPO 5 Desember 2024 lalu. Merujuk dokumen prospektus AADI, mulai tahun buku 2025 yang dibagikan pada 2026, perseroan merencanakan rasio pembayaran dividen sampai dengan 45% dari laba bersih konsolidasi. Dividen akan diberikan apabila perseroan mempertahankan kinerja. 

Kinerja AADI Tahun Buku 2024 

Dalam laporan terbaru yang dipublikasikan, AADI membukukan laba bersih sebesar US$ 1,21 miliar atau setara Rp 19,84 triliun pada tahun buku 2024. Perolehan laba yang dikantongi Adaro Andalan itu meningkat 5,9% secara tahunan (yoy) dari laba tahun 2023 yang sebesar US$ 1,14 miliar atau Rp 18,74 triliun. 

Di sisi lain, meski laba bersih meningkat, AADI mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 10,1% menjadi US$ 5,31 miliar atau Rp 87,16 triliun. Pada tahun buku 2023 pendapatan Adaro Andalan mencapai US$ 5,91 miliar atau Rp 96,92 triliun. 

Penjualan batu bara tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan perusahaan, baik dari pihak ketiga maupun pihak berelasi. Bersamaan dengan penurunan pendapatan, EBITDA operasional AADI juga turun sebesar 19% secara tahunan (yoy) menjadi USD$ 1,31 miliar pada tahun 2024.  

Sementara itu, laba inti perusahaan tercatat sebesar US$ 1,04 miliar, yang turut terdampak oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP).  Meskipun demikian, Presiden Direktur dan CEO AAI, Julius Aslan, mengatakan margin EBITDA operasional tetap berada pada level yang sehat, yakni 25%. 

Kinerja DAAZ

Untuk tahun buku 2025, DAAZ mengawali tahun dengan prospek menjanjikan. Salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas Indonesia, mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 58,63%, meningkat dari Rp 1,94 triliun pada kuartal I-2024 menjadi Rp 3,08 triliun pada kuartal I-2025.

Direktur Utama DAAZ Mahar Atanta Sembiring mengatakan kenaikan itu didorong oleh peningkatan volume dan nilai penjualan di seluruh lini bisnis, termasuk perdagangan bijih nikel, batu bara, dan bahan bakar, serta jasa angkutan laut dan jasa pertambangan.

"Kinerja positif yang kami raih adalah hasil dari penerapan strategi bisnis dan fokus pada nilai-nilai perusahaan serta menjaga kinerja keuangan di tengah tekanan dinamika industri dan ekonomi global," kata Mahar Atanta Sembiring dalam keterangan di Jakarta seperti dikutip Rabu (27/9). 

Mahar menuturkan permintaan yang kuat di pasar domestik maupun ekspor turut memperkuat kinerja penjualan grup perseroan sepanjang periode tersebut. Peningkatan pendapatan usaha ini mendorong tingkat profitabilitas perseroan. 

Sementra itu laba bersih naik sebesar 46,62%, mencapai Rp 133,83 miliar dibandingkan Rp 91,28 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara EBITDA meningkat 54,06% menjadi Rp 244,39 miliar dari Rp 158,64 miliar. Ekuitas pada kuartal I-2025 tercatat sebesar Rp2,21 triliun atau tumbuh 6,47 persen dibanding Rp2,07 triliun pada akhir 2024.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...