Masih Diiringi Sentimen Negatif, Analis Nilai Saham BUMN Sulit Pulih

Image title
26 April 2020, 15:02
Ilustrasi, pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analis menilai saham BUMN sulit pulih dari pandemi Covid-19, sebab masih dinaungi sentimen negatif dari sisi persepsi negatif investor.
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Ilustrasi, pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analis menilai saham BUMN sulit pulih dari pandemi Covid-19, sebab masih dinaungi sentimen negatif dari sisi persepsi negatif investor.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai sulit pulih dari dampak pandemi virus corona (Covid-19), sebab sentimen negatif kemungkinan masih menunggangi pergerakannya meski Covid-19 reda.

Mengutip Antara, Minggu (26/4), hal ini diungkapkan oleh Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan dalam webinar bertajuk "Mendulang Profit dari Saham-Saham BUMN Pasca COVID-19".

Menurutnya, situasi saat ini berbeda dengan krisis 2008 silam, di mana saham BUMN kala itu berhasil pulih lebih cepat dibanding indeks harga saham gabungan (IHSG).

Saat itu, IHSG bisa kembali menyentuh level tertingginya dalam waktu 16 bulan dari fase bottom. Sementara, saham-saham BUMN berhasil menyentuh level tertinggi hanya dalam waktu 10 bulan dari fase bottom.

"Pada 2020 kemungkinan agak sulit untuk mengulang. Saya melihat sentimen kepada BUMN khususnya sentimen negatif dari sisi persepsi masih cukup kuat," ujar Alfred, dilansir dari Antara, Minggu (26/4).

Alfred menjelaskan, saat ini saham-saham BUMN terkoreksi lebih dalam sehingga kapitalisasi emiten BUMN tercatat turun sekitar 37,8%. Sedangkan, emiten non BUMN hanya turun sekitar 25,4%.

Selain itu, selama lima tahun terakhir saham BUMN dinilai memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan emiten non BUMN. Hal inilah yang membuat saham-saham BUMN sulit untuk pulih cepat.

(Baca: Investor Asing Obral Saham Lebih Rp 1 Triliun, IHSG Ditutup Anjlok 2%)

Adapun, pada perdagangan akhir pekan, Jumat (24/4), IHSG ditutup dengan koreksi sebesar 2,12% ke level 4.496,06. Penurunan tersebut sejalan dengan arus modal asing yang mengalir deras keluar dari pasar saham.

Berdasarkan data RTI Infokom, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) saham mencapai Rp 1,09 triliun. Tiga saham dari sektor usaha perbankan menjadi saham yang menjadi sasaran jual investor asing.

Dalam daftar saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing, tercatat ada dua saham BUMN, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat dijual oleh investor asing dengan net sell mencapai Rp 344,16 miliar. Saham ini pun harus terjun hingga 6,07% ke level 2.630 per saham.

Kemudian, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga dijual investor asing cukup besar meski tidak sebesar BCA atau BRI. Net sell asing pada saham ini hanya Rp 59,44 miliar. Saham bank milik pemerintah ini pun turun hingga 4,89% menjadi berada di level Rp 4.280 per saham.

Selain dua saham BUMN ini, tercatat investor asing juga melepas saham-saham BUMN lain seperti, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

(Baca: Realisasi Buy Back Saham Rp 876 Miliar, BUMN Hanya Rp 181 Miliar)

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...