Cina Mulai Melarang Ekspor Teknologi Baterai Kendaraan Listrik

Hari Widowati
18 Juli 2025, 15:02
Cina, baterai, kendaraan listrik
Blog BMW
Ilustrasi, baterai kendaraan listrik
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Cina memberlakukan pembatasan ekspor pada teknologi yang krusial untuk memproduksi baterai kendaraan listrik. Hal ini merupakan langkah negara tersebut untuk memperkuat dominasinya di sektor yang telah berkontribusi pada posisi terdepan negara tersebut dalam kompetisi global kendaraan listrik.

Beberapa teknologi yang digunakan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan mengolah litium, mineral penting untuk baterai, telah dimasukkan dalam daftar kontrol ekspor pemerintah Cina.

Menurut pernyataan Kementerian Perdagangan Cina, pencantuman teknologi baterai kendaraan listrik dalam daftar tersebut berarti transfer teknologi ke luar negeri – seperti melalui perdagangan, investasi, atau kerja sama teknologi – memerlukan lisensi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Melansir laporan CNN, kontrol baru ini mencerminkan pembatasan serupa yang diperkenalkan hanya tiga bulan lalu pada beberapa logam tanah jarang dan magnet. Mineral-mineral tersebut merupakan bahan penting yang tidak hanya digunakan dalam produksi kendaraan listrik, tetapi juga dalam elektronik konsumen dan peralatan militer seperti pesawat tempur. Dominasi Cina dalam rantai pasokan logam tanah jarang telah muncul sebagai salah satu alat paling ampuh dalam perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat.

Cina muncul sebagai pemain utama dalam pasar kendaraan listrik global yang kompetitif. Hal ini terjadi berkat kemampuan Tiongkok mengembangkan baterai berperforma tinggi dan hemat biaya melalui rantai pasokan yang komprehensif, mulai dari pengolahan bahan baku hingga produksi baterai.

Banyak produsen mobil di seluruh dunia menggunakan baterai kendaraan listrik buatan Cina dalam kendaraan mereka. Menurut SNE Research, sebuah firma riset pasar dan konsultan, produsen baterai kendaraan listrik Cina menguasai setidaknya 67% pangsa pasar global.

Persyaratan lisensi terbaru itu menimbulkan ketidakpastian atas rencana ekspansi luar negeri para produsen kendaraan listrik (EV) Tiongkok. Terutama, karena pasar seperti Uni Eropa telah menerapkan tarif pada ekspor mobil Tiongkok untuk mendorong mereka mendirikan pabrik di sana. Banyak produsen baterai Tiongkok juga memiliki rencana untuk melokalisasi produksi di pasar seperti Asia Tenggara dan AS.

Kementerian Perdagangan Cina mengatakan pembatasan tersebut "bertujuan untuk menjaga keamanan ekonomi nasional dan kepentingan pembangunan, serta mempromosikan kerja sama ekonomi dan teknologi internasional."

Liz Lee, Associate Director di Counterpoint Research, mengatakan langkah itu memperdalam pemisahan teknologi geopolitik yang muncul di luar material hingga ke IP (kekayaan intelektual). Kebijakan tersebut juga dapat mempercepat upaya AS, UE, dan negara lainnya untuk meningkatkan lokalisasi bahan prekursor dan kemampuan pemurnian logam.

CATL dari Cina, yang merupakan produsen baterai EV terbesar di dunia dan pemasok utama Tesla, memiliki pabrik di Jerman dan Hongaria. CATL juga berencana mendirikan pabrik patungan bersama di Spanyol dengan Stellantis, pemilik Fiat dan Chrysler.

Perusahaan ini juga melisensikan teknologinya untuk digunakan di pabrik baterai kendaraan listrik Ford yang sedang dibangun di Michigan. Seorang juru bicara Ford mengatakan kepada CNN bahwa perusahaan tersebut "tidak terpengaruh" oleh pembatasan baru ini.

Sementara itu, raksasa kendaraan listrik Cina, BYD, memiliki fasilitas produksi kendaraan listrik di berbagai belahan dunia, dari Hongaria dan Thailand hingga Brasil.

Dan Gotion, produsen baterai EV besar lainnya di Cina, berencana membangun pabrik produksi di Illinois.

CNN telah menghubungi CATL, BYD, dan Gotion untuk memberikan komentar.

Para analis mengatakan dampak sebenarnya dari kontrol ekspor baru ini masih belum pasti, karena rinciannya masih belum jelas.

Lee mencatat pembatasan tersebut tampaknya menargetkan teknologi proses hulu daripada pembuatan sel baterai dan modul.

"Karena pabrik CATL di Jerman dan Hongaria fokus pada produksi sel dan modul serta tampaknya tidak mereplikasi proses yang dibatasi secara lokal, dampak jangka pendek mungkin terbatas," katanya.

Untuk BYD, yang hanya merakit paket baterai di luar negeri dan tidak memproduksi sel baterai di luar negeri, kontrol ini tampaknya tidak mempengaruhi operasinya pada tahap ini.

Vincent Sun, analis ekuitas senior di Morningstar yang mengamati sektor EV Cina, mengatakan dampak akhir kebijakan ini akan tergantung pada seberapa mudah perusahaan dapat memperoleh izin lisensi teknologi baterai EV tersebut.

Dominasi Tiongkok dalam Baterai EV

Salah satu bagian dari pembatasan yang baru diumumkan adalah seputar teknologi produksi katoda baterai untuk pembuatan baterai lithium iron phosphate (LFP). Baterai jenis ini semakin populer dalam kendaraan listrik (EV) lima tahun terakhir karena harganya yang lebih rendah dan keamanannya yang lebih baik. Bagian lain berfokus pada pemrosesan, pemurnian, dan ekstraksi litium.

Menurut Fastmarkets, sebuah perusahaan riset yang berbasis di Inggris Raya, Tiongkok mendominasi produksi baterai LFP dan pengolahan litium secara global. Tahun lalu, Tiongkok menguasai 94% pangsa pasar untuk kapasitas produksi LFP dan menyediakan 70% produksi litium olahan global.

"Meskipun baterai LFP mencakup 40% dari pasar EV global berdasarkan kapasitas, adopsinya lebih umum pada EV yang diproduksi oleh produsen Tiongkok dibandingkan di tempat lain," kata Adamas Intelligence, sebuah perusahaan analisis data dan konsultan yang berfokus pada mineral kritis dan baterai.

James Edmondson, wakil presiden riset di IDTechEx, sebuah perusahaan riset, mengatakan meskipun kepadatan energi LFP lebih rendah, biayanya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan alternatif baterai umum yang terbuat dari nikel, mangan, dan kobalt, telah menjadikannya bahan pokok dalam kendaraan listrik berbiaya rendah. Sejumlah produsen mobil Uni Eropa dan AS pun berencana mengadopsi baterai LFP secara lebih luas.

Dominasi Tiongkok dalam produksi LFP menunjukkan negara tersebut tetap memainkan peran penting dalam produksi prekursor katoda LFP untuk LFP yang diproduksi di luar negeri.

Tiongkok memegang "keunggulan signifikan" dalam teknologi itu sendiri, seperti yang ditunjukkan oleh "Super E-Platform" BYD yang menjanjikan jangkauan 250 mil hanya dengan pengisian daya selama lima menit. Edmonson menambahkan, teknologi ini mengungguli Supercharger Tesla, yang membutuhkan 15 menit untuk menghasilkan daya tempuh 200 mil.

April lalu, CATL menyusul dengan produk yang lebih kompetitif, baterai LFP yang ditingkatkan yang memberikan jangkauan lebih jauh yaitu 320 mil dengan waktu pengisian yang sama.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...