Masih Pakai B40, Indonesia Belum Putuskan Beralih ke B50

Ajeng Dwita Ayuningtyas
17 Juli 2025, 19:12
Indonesia, biodiesel, B40, B50
Katadata/Ajeng Dwita Ayuningtyas
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Ketahanan Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi dalam paparannya di Seminar Peluang dan Tantangan Industri Bioenergi, di Jakarta, Kamis (17/7).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Eenergi (Dirjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, menyatakan pemerintah belum memutuskan penerapan biodesel B50 pada tahun ini.

“Ini sedang kami uji untuk B50, belum ada keputusan. Jadi, saat ini kita masih follow dengan B40 dan saya sangat berterima kasih sekali karena berjalan dengan lancar,” kata Eniya, dalam Seminar Peluang dan Tantangan Industri Bioenergi di Jakarta, Kamis (17/7).

Sebelumnya, peralihan dari B35 menuju B40 terbilang cukup singkat, yakni hanya satu tahun dari Januari 2023 ke Januari 2024.

Eniya menuturkan, masih banyak kajian yang diperlukan menuju B50. Terlebih, saat ini crude palm oil (CPO) sedang berada di harga tinggi, harga BBM turun, sehingga disparitas harga naik. Meskipun demikian, Eniya menyampaikan kemungkinan hasil uji akan diperoleh sebentar lagi.

Beberapa kajian yang dilakukan adalah uji teknis, kajian kecukupan dan keberlanjutan dana, kajian ketersediaan CPO, dan pertimbangan perlunya penambahan pabrik baru terutama di wilayah Indonesia Timur.

Perkiraan Kebutuhan B50

Tahun ini, kebutuhan CPO untuk B40 mencapai 14,2 juta kiloliter. Dari 24 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN), kapasitas produksinya mencapai 15,6 juta kiloliter dari 19,15 juta kiloliter atau mencapai 81,5% dari kapasitas terpasang.

Perkirannya, untuk B50 full Fatty Acid Methyl Ester (FAME) akan membutuhkan 18,69 juta kiloliter. Kapasitas produksi diperkirakan mencapai 20,1 juta kiloliter atau 80% dari 25 juta kiloliter kapasitas terpasang.

Eniya mengungkapkan, kebutuhan tersebut mendorong perlunya pabrik baru, kurang lebih lima pabrik dengan kapasitas besar. Saat ini, baru ada tiga pabrik dalam tahap konstruksi.

Di samping itu, infrastruktur pendukung juga perlu ditingkatkan. Infrastruktur ini mencakup moda angkut, fasilitas kapal, dan sarana prasarana di tangki penyimpanan, pemipaan, dan fasilitas blending. 

Eniya menambahkan, jika hasil uji sudah keluar pada akhir tahun nanti, pemerintah belum bisa memastikan apakah B50 akan diterapkan langsung pada 2026 mendatang. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...