Ini Kontribusi Mangrove untuk Ketahanan Pangan Indonesia


Deputi Bidang Keterjangkauan Pangan dan Keamanan Pangan Menko Pangan, Nani Hendiarti, menyebut ekosistem mangrove memiliki peran penting untuk mendukung ketahanan pangan di dalam negeri. Mangrove bukan hanya menjadi pagar kawasan pesisir agar tidak mengalami abrasi, ekosistem tanaman ini juga menjaga biodiversitas di sekitarnya.
Peran penting mangrove tercermin dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2025 tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) untuk ketahanan pangan dalam negeri dan PP Nomor 27 Tahun 2025 tentang Rancangan Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
“Karena dia (ekosistem mangrove) sebenarnya fungsinya bukan terbatas hanya menjadi pagar di pesisir, menjaga pesisir, tapi juga ekosistem mangrove ini berfungsi untuk biodiversity,” kata Nani, dalam konferensi pers Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 dan PP Nomor 27 Tahun 2025 di Jakarta, Selasa (29/7).
Keberagaman sumber daya, terutama di laut, berkaitan dengan rantai makanan masyarakat. Untuk mencapai ketahanan pangan berkelanjutan, aspek lingkungan harus dijaga.
Dalam catatan Global Biodiversity Index 2022, Indonesia menempati posisi kedua dengan potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki. Nilai ini bahkan bisa lebih tinggi mengingat pengungkapan keanekaragaman hayati ini masih terbatas.
Dilihat dari spesies perairan laut, Indonesia memiliki 16% ikan laut, 38,39% mamalia laut, 56,56% reptil, dan 10,54% karang di dunia.
Menurut laporan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2025-2045, tingginya keanekaragaman hayati ini didukung oleh posisi geografis Indonesia, yang terletak di tengah Segitiga Terumbu Karang.
Lokasi tersebut adalah pusat keanekaragaman hayati dunia, yang mencakup wilayah perairan Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon.
Keberadaan Tambak yang Kontras dengan Mangrove
Menanggapi keberadaan tambak yang kontradiktif dengan pelestarian mangrove, Nani mengatakan, pemerintah akan meningkatkan program silvofishery. Program ini merupakan upaya penghijauan sekaligus budidaya di kawasan mangrove, tanpa mengonversi fungsinya.
Silvofishery adalah budidaya perikanan yang mengintegrasikan tambak dengan hutan mangrove. Sistem ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan pada ekosistem mangrove sekaligus meningkatkan produktivitas tambak secara berkelanjutan.
Melalui program tersebut, Nani menyampaikan pengelolaan tambak akan diperbaiki dan dikombinasikan dengan program ekosistem mangrove. “Sehingga nanti ada mutual benefit untuk pembudidaya, masyarakat, dan lingkungan dari mangrove ini,” tutur Nani.