Hashim dan Menperin Bahas Pengembangan Plastik Ramah Lingkungan


Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dan Utusan Khusus Presiden bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo membahas pengembangan plastik ramah lingkungan atau plastik yang dapat terurai secara alami (biodegradable) melalui teknologi biotransformation. Teknologi ini menjadi solusi untuk menghadapi masalah sampah plastik.
"Teknologi ini menawarkan solusi konkret dalam menghadapi tantangan sampah plastik, khususnya untuk plastik sekali pakai. Dengan pendekatan yang ramah lingkungan, Indonesia berpotensi menjadi pelopor di kawasan regional dalam pengembangan dan penerapan plastik mudah terurai,” ujar Agus seperti dikutip Antara, di Jakarta, Kamis (10/7).
Teknologi biotransformation ini memungkinkan plastik terurai secara alami dalam waktu yang relatif singkat, tanpa meninggalkan jejak mikroplastik maupun zat beracun. Plastik jenis ini juga bisa didaur ulang (recycleable) dan diatur waktu biodegradasinya sesuai kebutuhan industri.
Agus mengatakan Kementerian Perindustrian akan menindaklanjuti kerja sama ini dengan menyusun peta jalan (roadmap) dan rencana aksi penerapan teknologi ramah lingkungan tersebut. Langkah awalnya adalah dengan menyusun Rancangan Standar Nasional Industri (RSNI) untuk produk plastik yang mudah terurai.
“Kita perlu memastikan seluruh produk plastik dalam negeri ke depan dapat memenuhi standar lingkungan yang ketat. Ini tidak hanya penting untuk keberlanjutan, tetapi juga membuka peluang ekspor ke pasar global yang semakin peduli terhadap isu lingkungan,” ujar Agus.
Petakan Bahan Baku Potensial
Kemenperin juga akan menyusun kebijakan pemetaan bahan baku potensial yang dapat digunakan untuk memproduksi plastik mudah terurai. Hal ini mencakup pembuatan peta jalan bahan baku serta pemetaan daerah-daerah sumber bahan nabati yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, tanpa mengganggu ketersediaan pangan nasional.
“Riset terpadu antara bahan nabati untuk pangan dan industri sangat krusial. Kita tidak ingin terjadi benturan antara kepentingan ketahanan pangan dan keberlanjutan industri,” ucap Agus.
Kemenperin juga membuka peluang pemberian insentif bagi pelaku industri yang mulai mengadopsi teknologi plastik ramah lingkungan. Hal ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang menuju transformasi industri hijau di Indonesia.
"Dengan dukungan teknologi modern dan adanya kolaborasi lintas kementerian serta dari para pelaku industri, diharapkan Indonesia dapat mengurangi secara signifikan dampak lingkungan dari limbah plastik, sekaligus mendorong daya saing industri nasional di era ekonomi berkelanjutan," tutur Agus.