Menteri LH Tekankan Pentingnya Penanaman Nilai Ramah Lingkungan Sejak Dini

Image title
3 Juni 2025, 19:14
menteri lh, ramah lingkungan
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan arahan kepada pelaku usaha kawasan industri Sejabodetabek dan Karawang di Jakarta, Kamis (10/4/2025). Menteri Lingkungan Hidup memberikan empat arahan kepada pelaku usaha kawasan industri yaitu mengindikasi kualitas udara, penataan proses pembuangan air limbah, penanganan limbah B3 dan pengelolaan sampah untuk menghadapi musim kemarau.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai ramah lingkungan sejak dini. Hal ini disampaikan saat mengunjungi SMP Negeri 1 Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

"Program pengolahan sampah berbasis ecobrick yang digulirkan di SMP Negeri 1 Purwakarta sangat bagus. Ini patut diaplikasikan untuk menanamkan nilai-nilai ramah lingkungan sejak dini," kata Menteri LH Hanif seperti dikutip Antara, Selasa (3/6).

Ecobrick merupakan salah satu inovasi ramah lingkungan untuk pengelolaan sampah plastik. Menteri Hanif memuji kebijakan di Purwakarta yang melarang para pelajar membeli makanan di kantin untuk mengurangi penggunaan plastik.

Ia juga menghitung potensi pengurangan sampah plastik yang signifikan jika kebijakan tersebut dipatuhi secara serius di seluruh sekolah di wilayah Purwakarta.

Selanjutnya, ia mendorong pengembangan program ecobrick di SMP Negeri 1 Purwakarta, agar produk ecobrick yang telah dikumpulkan dapat diolah lebih lanjut menjadi furniture dan mebel, meningkatkan nilai ekonomis sekaligus memperkuat komitmen ramah lingkungan.

Ia menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai ramah lingkungan sejak dini, sesuatu yang telah sukses diimplementasikan di SMP Negeri 1 Purwakarta.

"Kami berharap program ecobrick ini dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia," katanya.

Tantangan Pengelolaan Sampah

Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein mengakui tantangan pengelolaan sampah di Indonesia, yang menginginkan upaya serius menuju zero waste dengan berfokus pada pengurangan sampah sejak awal.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya perubahan budaya untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, bukan hanya fokus pada pengelolaan sampah itu sendiri.

Program ecobrick di SMP Negeri 1 Purwakarta merupakan bagian dari Tatanen di Bale Atikan (TDBA), program yang mencakup pemilahan sampah organik dan non-organik di seluruh sekolah di Purwakarta.

Program ini telah berjalan sejak 2020, dan SMP Negeri 1 berhasil mengumpulkan lebih dari 500 kilogram sampah plastik yang diolah menjadi ecobrick.

Selain kursi, pihak sekolah berencana untuk mengembangkan pemanfaatan ecobrick menjadi panel-panel sejenis keramik dan furniture lainnya.

Kepala SMP Negeri 1 Purwakarta, Patoni, menyampaikan pengelolaan sampah di sekolah mengikuti Perda 9 tahun 2021 dan Perbup TDBA serta Perbup Pendidikan Karakter.

Sekolah telah lama mengelola sampah organik dengan mesin pencacah, dan sampah plastik diolah menjadi ecobrick.

Pada tanggal 20 Mei 2025, sekolah berhasil mengumpulkan 580 kilogram sampah plastik, setara dengan 0,8 kilogram per siswa. Sampah-sampah ini dikumpulkan dari rumah masing-masing siswa, tetangga, dan warung sekitar.

"Saat ini, produk akhir dari program ecobrick masih berupa kursi, namun sekolah berencana untuk menambah jumlah kursi yang dihasilkan di masa mendatang," katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...