Kementerian ESDM Ajak Kontraktor Migas Garap CCS di Indonesia


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau Kementerian ESDM mengajak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas (migas) dari dalam maupun luar negeri bergabung untuk menggarap industri penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) di Indonesia.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mengembangkan potensi penyimpanan penangkapan karbon terbesar di Asia Pasifik, yang mencapai 572,77 gigaton untuk saline equifer dan 4,85 gigaton di depleted reservoir.
Sebagaimana diketahui, CCS merupakan teknologi yang digunakan untuk menangkap karbon dioksida (CO2) dari sumber-sumber emisi. Karbon dioksida yang ditangkap kemudian diangkut dan disimpan pada tempat penyimpanan jangka panjang, seperti di bawah tanah. Sementara itu, carbon capture utilization storage (CCUS) merupakan pengembangan dari CCS, yang tidak hanya menyimpan CO2, tetapi juga memanfaatkannya.
"Saat ini dunia selalu berpikir sekarang tentang membangun industrialisasi dengan pendekatan green energy dan green industry. Salah satu di antaranya untuk mewujudkannya adalah bagaimana menangkap karbon dioksida atau carbon capture-nya," ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, Jumat (23/5).
Bahlil mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memberikan berbagai kemudahan bagi para investor, guna menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dan kondusif bagi pengembangan industri strategis ke depan. Salah satunya dengan regulasi pendukung dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri ESDM (Permen) mengenai penangkapan karbon.
"Aturannya sudah kita buat dan saya tawarkan kepada Bapak-Ibu semua. Silakan masuk. Lebih cepat, lebih baik. Kita kasih sedikit relaksasi sweetener. Tapi, kalau sudah booming baru masuk, sweetener-nya tidak akan sebaik sekarang," ujarnya.
Dia mengatakan sejak 2021 hingga 2024, pemerintah telah menerbitkan 30 izin pemanfaatan data kepada 12 kontraktor untuk mendukung pelaksanaan studi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di berbagai wilayah Indonesia.
Studi tersebut mencakup 19 lokasi strategis, antara lain Lapangan Arun, Corridor, Sakakemang, Betung, Ramba, Asri Basin, ONWJ, Jatibarang, Gundih, Sukowati, Abadi, CSB, Gemah, South Natuna Sea Block B, East Kalimantan, Refinery Unit V Balikpapan, Blue Ammonia, Donggi Matindok, serta Lapangan Tangguh di Bintuni, Papua.