Rekosistem Raih Pendanaan Seri A Rp 115 Miliar yang Dipimpin Saratoga


Rekosistem, perusahaan manajemen rantai pasok sampah yang mendorong ekonomi sirkular, hari ini mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan Seri A senilai US$ 7 juta atau Rp 115 miliar (kurs Rp 16.430 per US$). Pendanaan ini dipimpin oleh Saratoga Investama Sedaya dan K3 Ventures, dengan partisipasi dari AppWorks, Skystar Capital, Bali Investment Club (BIC), Orvel Ventures, serta Michael Sampoerna Office.
“Mendapatkan pendanaan ini merupakan tonggak penting lainnya dalam perjalanan Rekosistem. Dengan dukungan berkelanjutan dari para investor, kami siap mempercepat misi kami untuk mentransformasi pengelolaan sampah menjadi model yang lebih berkelanjutan dan sirkular," kata Ernest Layman, Co-founder dan CEO Rekosistem, dalam pernyataan resmi, Selasa (6/5).
Menurutnya, investasi ini akan mendorong pertumbuhan eksponensial demi kebaikan industri pengelolaan sampah Indonesia melalui ekspansi strategis serta penguatan ekosistem digital dan mekanisasi pemulihan limbah.
"Kami sangat antusias berkolaborasi dengan para mitra guna berinovasi dan membangun masa depan di mana konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab menjadi bagian dari setiap komunitas, mendorong transisi menuju ekosistem nol limbah di Indonesia dan kawasan,” ujar Ernest.
Dengan pendanaan ini, Rekosistem berencana untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah perusahaan. Rekosistem akan mengembangkan sistem operasional generasi berikutnya untuk pengelolaan sampah, menerapkan pembelajaran mesin (machine learning), serta otomatisasi berskala luas. Selain itu, Rekosistem akan mengalokasikan sumber daya untuk pengembangan teknologi waste-to-materials, serta meningkatkan jumlah fasilitas pemulihan material (Reko Waste Station, Reko Hub, dan Reko Mitra).
Rekosistem juga akan memperluas jenis sampah yang dapat diproses menjadi material yang dapat digunakan kembali dan didaur ulang (lebih dari 70% jenis sampah). Perusahaan akan memperluas cakupan wilayah pengelolaan limbah ke kota-kota di luar Jawa dan menyediakan program Extended Producer Responsibility (EPR) yang kuat bagi para pemilik merek.
Devin Wirawan, Investment Director, Saratoga Investama Sedaya, mengatakan Rekosistem merupakan tambahan strategis yang sejalan dengan pilar investasi utama Saratoga, khususnya di bidang ekonomi hijau dan energi terbarukan.
"Melalui teknologi pemulihan limbah yang berbasis inovasi dan operasional yang dapat ditingkatkan, Rekosistem memiliki posisi yang kuat untuk memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi sirkular Indonesia. Kami percaya bahwa Rekosistem memiliki potensi pertumbuhan berkelanjutan yang kuat, dan kami siap mendukung fase pengembangan selanjutnya,” ujar Devin Wirawan.
Nicholas Tyson, Investment Principal, K3 Ventures menyebut Rekosistem muncul sebagai pemain terdepan dalam rantai pasok sampah Indonesia yang sangat terfragmentasi dan siap ditransformasi. Rekosistem telah membangun posisi yang kuat dalam agregasi pasokan maupun distribusi permintaan, sehingga mereka selangkah lebih maju dibandingkan para kompetitornya.
"Hal yang paling menarik bagi kami adalah bagaimana peluang ini menggabungkan fundamental ekonomi yang solid dengan dampak ESG yang nyata—sebuah keselarasan yang berada di inti dari filosofi investasi kami di K3. Kami sangat antusias untuk menjadi mitra mereka dalam perjalanan ini,” ujar Nicholas Tyson.
Rekosistem Gunakan Teknologi Canggih untuk Mengelola Rantai Pasok Sampah
Rekosistem yang berdiri pada 2021 adalah perusahaan teknologi iklim (climate-tech) yang memungkinkan terwujudnya ekonomi sirkular melalui manajemen rantai pasok sampah yang canggih. Rekosistem memanfaatkan sistem operasional pengelolaan sampah milik sendiri serta mekanisasi untuk mengubah sampah menjadi material bernilai.
Kegiatan yang dilakukan Rekosistem mencakup pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan pemrosesan untuk memaksimalkan pemulihan material yang dapat digunakan kembali dan didaur ulang, sekaligus meminimalkan aliran sampah ke lingkungan. Rekosistem memiliki visi untuk memberdayakan masyarakat, mengatasi persoalan sistemik dalam rantai pasok sampah, serta membangun ekonomi sirkular yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan menciptakan nilai ekonomi melalui pemulihan sampah.
Sejak diluncurkan pada 2021, Rekosistem menunjukkan pertumbuhan bisnis yang pesat dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 442% hingga akhir tahun fiskal 2024. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu pemain teknologi ekonomi sirkular dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.
Hingga Maret 2025, Rekosistem telah melayani lebih dari 90.000 rumah tangga dan pengguna individu, serta lebih dari 200 klien bisnis. Perusahaan mengelola 4.500 ton sampah per bulan dan memproses lebih dari 3.500 ton melalui operasional di 15 Reko Hub, 40 Reko Waste Station, dan lebih dari 600 Lokasi Reko Mitra.
Pelanggan Rekosistem mencakup pengembang dan operator properti komersial, produsen barang konsumsi, merek korporat, serta produsen dan manufaktur material daur ulang. Beberapa mitra utama termasuk Danone, Procter & Gamble, Nestlé, L’Oréal, Beiersdorf, Toyota Astra Motor, Ciputra Development, dan Astra International.
Dari sisi dampak lingkungan, Rekosistem telah menghemat lebih dari 75.000 metrik ton emisi CO2 dengan menggantikan material baru dengan material daur ulang, serta mencegah pencemaran lingkungan melalui operasional pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.