Hanya Tujuh Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO pada 2024

Hari Widowati
12 Maret 2025, 08:15
kualitas udara, polusi udara
ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ponir Hossai
Anak-anak bermain sepakbola di galangan kapal di Dhaka, Bangladesh, Selasa (21/1/2020).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Data IQAir menunjukkan hanya tujuh negara yang memenuhi standar kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2024. Para peneliti memperingatkan perang melawan kabut asap akan semakin sulit setelah Amerika Serikat menghentikan upaya pemantauan globalnya.

Menurut IQAir, hanya Australia, Selandia Baru, Bahama, Barbados, Grenada, Estonia, dan Islandia yang memenuhi standar kualitas udara WHO.

Chad dan Bangladesh menjadi negara-negara dengan polusi terburuk di dunia pada tahun 2024. Menurut angka yang dikumpulkan oleh perusahaan pemantau kualitas udara asal Swiss tersebut, tingkat kabut asap rata-rata lebih dari 15 kali lipat lebih tinggi dari pedoman WHO.

Kesenjangan data yang signifikan, terutama di Asia dan Afrika, mengaburkan gambaran global. Selain itu, banyak negara berkembang bergantung pada sensor kualitas udara yang dipasang di gedung kedutaan besar dan konsulat Amerika Serikat (AS) untuk melacak tingkat kabut asap mereka.

Namun, Departemen Luar Negeri AS baru-baru ini mengakhiri program tersebut, dengan alasan kendala anggaran. Data yang dikumpulkan selama lebih dari 17 tahun dihapus minggu lalu dari situs pemantauan kualitas udara resmi pemerintah AS, airnow.gov. Data ini mencakup pendataan yang dikumpulkan di Chad.

"Sebagian besar negara memiliki beberapa sumber data lain, tetapi ini akan berdampak signifikan pada Afrika, karena seringkali ini adalah satu-satunya sumber data pemantauan kualitas udara waktu nyata yang tersedia untuk umum," kata Christi Chester-Schroeder, Manajer Ilmu Kualitas Udara IQAir, seperti dikutip Reuters, Selasa (11/3).

Kekhawatiran terhadap kurangnya data menyebabkan Chad dikeluarkan dari daftar IQAir pada 2023. Namun, negara itu juga menduduki peringkat sebagai negara paling tercemar pada tahun 2022, yang dilanda debu Sahara serta pembakaran lahan pertanian yang tidak terkendali.

Rata-rata konsentrasi partikel udara kecil dan berbahaya yang dikenal sebagai PM2.5 di Chad mencapai 91,8 mikrogram per meter kubik (mg/m3) pada 2024, sedikit lebih tinggi dari tahun 2022.
WHO merekomendasikan tingkat PM2.5 tidak lebih dari 5 mg/m3, standar yang hanya dipenuhi oleh 17% kota pada tahun lalu.

India, peringkat kelima dalam peringkat kabut asap setelah Chad, Bangladesh, Pakistan, dan Republik Demokratik Kongo, mengalami penurunan rata-rata PM2.5 sebesar 7% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 50,6 mg/m3.

Namun, negara itu menyumbang 12 dari 20 kota paling tercemar di dunia. Byrnihat, yang terletak di wilayah timur laut India yang sangat terindustrialisasi, menempati urutan pertama, mencatat tingkat PM2.5 rata-rata sebesar 128 mg/m3.

Perubahan Iklim Meningkatkan Polusi

Chester-Schroeder memperingatkan, perubahan iklim memainkan peran yang semakin besar dalam meningkatkan polusi. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan kebakaran hutan yang lebih dahsyat dan lebih lama yang melanda sebagian Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Christa Hasenkopf, Direktur Program Udara Bersih di Energy Policy Institute (EPIC) Universitas Chicago, mengatakan setidaknya 34 negara akan kehilangan akses ke data polusi yang andal setelah program AS ditutup.

Skema Departemen Luar Negeri AS meningkatkan kualitas udara di kota-kota tempat monitor ditempatkan, meningkatkan harapan hidup, dan mengurangi tunjangan bahaya bagi diplomat AS.

"(Ini) adalah pukulan besar bagi upaya kualitas udara di seluruh dunia," kata Hasenkopf.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...