Trump Desak Google, Apple, Amazon Setop Rekrut Pekerja India, Utamakan Warga AS

Desy Setyowati
29 Juli 2025, 09:30
trump minta google, Apple, Microsoft setop rekrut pekerja India,
REUTERS/Carlo Allegri
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Donald Trump mendesak Google, Apple, Microsoft dan raksasa teknologi Amerika Serikat lainnya untuk menyetop perekrutan di India dan memprioritaskan warga AS. Pernyataan tersebut, meskipun belum menjadi kebijakan, telah memicu kekhawatiran di sektor pekerjaan kerah putih India, terutama di kalangan lulusan teknik dan manajemen yang mengincar posisi di perusahaan teknologi global.

Influencer keuangan sekaligus pendiri Wisdom Hatch Akshat Shrivastava mengatakan di X bahwa peluang bagi para pencari kerja India semakin menyempit.

Google, Apple, dan Microsoft hadir di India, di mana para profesional bertugas membangun produk, menulis kode alias coding, menguji mesin, dan mengawasi sistem global.

Google mempekerjakan sekitar 10 ribu orang di India, dikutip dari India Today. Microsoft memiliki lebih dari 18 ribu dari India.

Apple mempunyai sekitar 5.000 karyawan di India, dan ribuan lainnya dalam jaringan pemasok dan kemitraan pengembangan.

Peran pengembangan inti, yaitu posisi kerah putih, tersedia dan menarik lulusan dari Institut Teknologi India atau IIT, Institut Teknologi Nasional alias NIT, Institut Teknologi Informasi India atau IIIT, dan bahkan perguruan tinggi Tier-2. Beberapa mahasiswa unggulan direkrut langsung untuk bekerja di kantor-kantor di AS.

Itulah pipa yang ingin ditutup Donald Trump. "Tak dapat disangkal bahwa perusahaan seperti Google dan Apple telah lama menjadi simbol 'pekerjaan impian' bagi banyak pelajar India, dan memang demikian. Talenta India telah menjadi kontributor utama revolusi teknologi global, bukan hanya sebagai karyawan tetapi juga sebagai pemimpin," ujar Pendiri dan CEO Bhanzu sekaligus pemegang gelar 'Kalkulator Manusia Tercepat di Dunia' Neelakantha Bhanu dikutip dari India Today, Sabtu (26/7).

"Namun, jika pembekuan perekrutan tersebut menjadi kenyataan, hal itu akan menjadi peringatan, bukan ketakutan, melainkan perspektif," Bhanu menambahkan. "Dunia terus berubah, begitu pula peluang. India saat ini bukan hanya sumber bakat, tetapi juga pembangun produk global."

Pernyataan Trump muncul di saat India menghasilkan lebih banyak engineer daripada yang dapat diserapnya. Perguruan tinggi swasta, universitas bergengsi, dan bahkan institut tingkat satu menghasilkan ribuan lulusan teknologi setiap tahun. Namun, permintaan telah melambat.

Hanya 51,25% di antara lulusan di India yang dianggap dapat bekerja, menurut Survei Ekonomi India 2023 - 2024.

India menghasilkan hampir 15 ribu lulusan teknik setiap tahun, namun hanya 10% - 15% di antara mereka yang mendapat pekerjaan, sebagaimana dicatat dalam laporan oleh TeamLease.

Yang membuat semuanya tetap bertahan selama dekade terakhir adalah globalisasi talenta teknologi India. Perekrutan berbasis AS, kerja jarak jauh, integrasi tim global, dan ekspansi Pusat Kemampuan Global atau GCC telah menciptakan penyangga.

"Jika perusahaan teknologi AS berhenti merekrut dari India, mereka akan menanggung biaya lebih besar daripada kami. India telah lama menjadi sumber daya manusia terkuat mereka, mulai dari insinyur hingga CEO. Beberapa mahasiswa mungkin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri, tetapi kurang dari 2% lulusan IIT saat ini melanjutkan pendidikan di luar negeri," ujar salah satu pendiri Newton School Nishant Chandra.

"Sebagian besar memilih untuk tetap tinggal dan memimpin dari India. Pergeseran ini sebenarnya bisa menguntungkan kita dengan lebih berfokus pada keterampilan daripada silsilah," Chandra menambahkan.

Pendiri LHR Group, firma pencari eksekutif papan atas, Ankur Agarwal menyampaikan aturan Trump meminta Google, Apple hingga Microsoft menyetop perekrutan pekerja India, jika ditegakkan secara ketat, pasti akan berdampak pada penempatan di IIT karena perusahaan-perusahaan papan atas AS cukup banyak merekrut dari kampus-kampus ini untuk pengembangan teknologi.

Sementara itu, lulusan IIM biasanya hanya digunakan untuk merekrut posisi di India, sehingga tidak akan terkena dampak.

"Dampak nyata akan dirasakan oleh negara-negara GCC, yang telah menjadi perekrut penting bagi talenta teknologi kuartil teratas. Namun, dampak sebenarnya akan bergantung pada seberapa ketat perusahaan mematuhi arahan ini dan apakah arahan ini menjadi kebijakan formal, karena AS masih menghadapi kekurangan talenta teknologi yang signifikan sehingga penghapusan total perekrutan dari luar negeri menjadi tantangan," kata Agarwal.

Tidak ada yang tahu apakah pernyataan Trump akan menjadi undang-undang. Tapi itu sudah menjadi sinyal.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...