Jonan Sebut Industri Logistik Harus Kembangkan IT Saat Pandemi Corona

Image title
17 April 2020, 19:33
ignasius jonan, logistik, industri, teknologi
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Ilustrasi, petugas menyortir paket di Serang, Banten, Kamis (27/2/2020). Mantan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, menyatakan industri logistik harus mengembangkan sistem IT. Hal itu agar bisnis tak lesu di tengah pandemi corona.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan industri logistik tengah lesu karena pandemi corona. Ia pun menyarankan perusahaanlogistik mengembangkan sistem teknologi informasi berbasis internet of thing (IoT).

Jonan meyebut bisnis logistik bergantung pada ketersediaan angkutan transportasi. Apabila transportasi dibatasi, maka industri logistik tidak bisa berjalan.

"Saran saya, perusahaan logistik perlu mempelajari bisnisnya. Penggunaan IT di Indonesia masih sangat kurang dari berbagai sisi," ujar Jonan dalam video conference, Jumat (17/4).

Apalagi penyebaran Covid-19 belum bisa dipastikan berhenti karena belum ada vaksinnya. Di sisi lain, konsumen membutuhkan penggunaan teknologi seperti IoT pada sektor logistik di tengah pandemi corona.

Lebih lanjut, menurut dia, teknologi IT tidak akan memberatkan industri logistik dan pelanggan. "Saya pikir biayanya pun tidak akan terlalu banyak dibandingkan fiskal transportasi yang investasinya mungkin jauh lebih besar. Dari segi biaya, fasilitas teknologi ini seharusnya tidak menjadi masalah besar," ujar Jonan.

(Baca: Gojek & Grab Kaji Teknologi agar Ojol Bisa Angkut Penumpang Saat PSBB)

CEO Sigfox Indonesia Johnny Swandi Sjam menyatakan perusahaan logistik harus menggunakan teknologi agar bisa berkompetisi di tengah pandemi corona. Ia menjelaskan, penggunaan IoT pada industri logistik sangat membantu operasional.

Pasalnya, teknologi memungkinan adanya sensor yang ditempelkan pada benda yang dikirim. "Di mana pun lokasinya (sensor IoT), dia akan mentransfer sinyal posisinya mulai dari pabrik, pelabuhan, hingga negara tujuanya bisa langsung terdeteksi. Itulah keunggulannya," ujar Swandi.

Bahkan, lanjut dia, sensor itu juga bisa mendeteksi pergeseran cuaca atau suhu tertentu di sekitar barang. Ia mengatakan sensor IoT itu juga bisa memiliki informasi yang lebih valid daripada penggunaan barcode. Mayoritas perusahaan logistik memang masih menggunakan barcode. 

Sigfox merupakan perusahaan penyedia jaringan IoT yang berasal dari Perancis. Swandi mengklaim layanan IoT perusahaan tidak menggunakan baterai yang besar karena memiliki daya rendah (low power).

"Daya baterai (IoT) kami bisa tahan lama, bisa mencapai setahun sampai lima tahun," ujar dia. Ia pun menjamin bahwa tarif yang dikenakan oleh layanannya juga lebih murah karena baterainya tahan lama.

(Baca: Indef: Empat Sektor Industri Raup Untung di Tengah Pandemi Corona)

Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Ratna Iskana

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...