Fraud eFishery Dinilai Bikin Investor Takut Investasi di Startup Indonesia


Startup Indonesia diwarnai dugaan kecurangan alias fraud belakangan ini, seperti eFishery, Investree hingga perusahaan rintisan payment gateway. Hal ini membuat investor semakin hati-hati sebelum berinvestasi di Indonesia.
Penasihat Khusus Presiden untuk Perdagangan Internasional dan Kerjasama Multilateral Mari Elka Pangestu menyampaikan serangkaian kasus fraud yang melibatkan startup Indonesia, termasuk eFishery dan Investree, telah menimbulkan kekhawatiran serius terkait kredibilitas ekosistem digital di negara ini.
eFishery diduga memalsukan laporan keuangan. Sementara itu, startup teknologi finansial pinjaman alias fintech lending seperti TaniFund & Investree dikeluhkan lender atau pemberi pinjaman terkait pinjaman gagal bayar, salah urus, dan struktur tata kelola yang tidak transparan.
“Skandal-skandal ini tidak hanya berdampak pada operasional perusahaan, tetapi juga mengikis kepercayaan investor terhadap sektor startup Indonesia,” kata Mari Elka dalam acara peluncuran SpeakUp Alpha JWC di Jakarta, Rabu (23/7).
Dampak dari dugaan fraud startup Indonesia itu sebagai berikut:
- Investor kini menuntut tata kelola internal yang kuat dan pelaporan yang dapat diverifikasi.
- Investasi berbasis Environmental, Social, and Governance atau ESG memperketat pemeriksaan terhadap transparansi dan pengendalian risiko
- Investor mulai bergeser ke arah pengawasan aktif dan klausul tata kelola
“Tata kelola yang baik kini menjadi syarat utama untuk menarik modal ke dalam ekosistem startup di Indonesia,” ujar dia.
Co-founder and General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe sepakat bahwa dugaan fraud startup seperti eFishery bisa memicu krisis kepercayaan investor dalam memberikan pendanaan.
Ia mencatat bahwa lanskap pendanaan startup kini telah berubah. Investor kini memprioritaskan profitabilitas dan keberlanjutan, sehingga penyaluran investasi menjadi lebih ketat.
Sebab, ia menilai angka dari profit tak bisa semudah itu ‘digembungkan’ lewat laporan keuangan palsu. “Tidak gampang untuk menggelembungkan pendapatan ketika sebut perusahaan sudah untung juga,” katanya.
Jika dulu investor memprioritaskan pertumbuhan cepat meski rugi, kini profitabilitas dan keberlanjutan menjadi fokus utama. "Sekarang, startup boleh tumbuh, tetapi harus untung. Tidak bisa lagi memalsukan profit,” katanya.
Namun, ia juga melihat adanya peluang untuk membenahi sistem dan membangun ekosistem yang lebih sehat ke depan.
“Terkadang, kami bisa memakai krisis untuk untuk berubah. Ada yang bilang, let's not waste a good crisis. Jadi kasus seperti ini merupakan kesempatan untuk memperbaiki sistem. Semoga ini jadi one step back, two steps forward untuk ekosistem," ujar Jefrey.
Menurut dia, komunikasi yang terbuka antara pendiri startup dan investor sangat krusial. Namun ia juga menyadari bahwa kasus seperti eFishery tidak bisa digeneralisasi sebagai kegagalan komunikasi semata.
"Kalau sistemnya benar, ada audit yang transparan, whistleblower, dan budaya terbuka, saya pikir akan jauh lebih aman,” Jefrey menambahkan.