Modus Gibran Memoles Kinerja Bisnis eFishery hingga Bikin Usaha Baru


Gibran Huzaifah, CEO eFishery yang kini jabatannya ditangguhkan, bercerita awal mula dirinya memutuskan untuk memoles angka laporan keuangan yakni setelah berdiskusi dengan pendiri startup lain.
Saat kebingungan mencari pendanaan, Gibran bertanya kepada sesama pendiri startup Indonesia tentang bagaimana mereka berhasil mengumpulkan investasi baru. Menurut dia, jawabannya seolah-olah mereka memanipulasi angka.
"Mereka mengatakan bahwa mereka memanipulasi angka-angka,” kata Gibran dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/4).
Cerita Gibran memulai upaya mencari pendanaan ketika mengikuti kompetisi startup di Jakarta pada 2012. Gibran belajar cara membuat pitch deck atau presentasi singkat, menjual model bisnis, serta mencapai keseimbangan yang tepat antara visi dan keuangan untuk menarik minat investor.
Perusahaan investasi yang berbasis di Belanda yang berfokus pada bisnis akuakultur berkelanjutan, Aqua-Spark pada 2015 setuju untuk melakukan penggalangan dana awal US$ 750 ribu.
Dikutip dari Bloomberg, tantangan besar bagi eFishery yakni tingginya harga alat smart feeder dibandingkan dengan margin keuntungan yang tipis bagi pembudidayaan ikan skala kecil.
Bergantung pada ukuran dan diskon, harga satuan smart feeder bisa mencapai US$ 400 hingga US$ 600. Angka ini di luar jangkauan banyak pelanggan potensial di Indonesia, di mana sekitar 10% dari 280 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan.
Gibran pun menyewakan alat-alatnya ketimbang menjual. Akan tetapi, karena ia harus membayar produksi alat-alat di awal, ini berarti ia menghabiskan uang.
Ia pun mencari investor modal ventura di Asia Tenggara, tetapi ditolak berulang kali. Hingga akhirnya pada Desember 2017, eFishery hanya memiliki uang tunai US$ 8.142, menurut dokumen peraturan Singapura.
Meski begitu, Aqua-Spark masih tertarik. Pada Mei 2018, perusahaan menawarkan diri untuk bergabung dalam putaran Seri A US$ 1,5 juta yang diberikan dalam tiga tahap. Sisa US$ 500 ribu akan diberikan jika investor lain ikut berpartisipasi.
Kesepakatan itu memberi Gibran waktu, tetapi tetap saja tidak ada yang setuju untuk bergabung. Ia mengatakan akan menanggung kerugian US$ 1 juta jika gagal menarik investor lain.
Amy Novogratz, salah satu pendiri Aqua-Spark, mengatakan dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Bloomberg, bahwa tidak ada tanggung jawab pribadi yang terkait dengan kesepakatan itu.
‘Startup selain eFishery Juga Memoles Laporan Keuangan’
Dengan putus asa, Gibran bertanya kepada sesama pendiri startup Indonesia tentang bagaimana mereka berhasil mengumpulkan investasi baru. Jawabannya samar-samar dan hanya memberikan ‘kode’, yang menurut Gibran, pada dasarnya yakni memanipulasi angka-angka.
"Mereka mengatakan bahwa mereka memanipulasi angka-angka. Mereka memiliki beberapa 'growth hacking initiatives’ yang mereka lakukan dan biasanya mereka melakukannya sebelum penggalangan dana," kata Gibran.
"Saya tahu itu salah. Namun ketika semua orang melakukannya dan mereka masih baik-baik saja dan tidak pernah ketahuan, Anda mempertanyakan apakah itu benar-benar salah,” Gibran menambahkan.
Gibran menyajikan keputusan yang dihadapinya sebagai masalah moralitas antara bersikap jujur dan berakhir bangkrut atau membesar-besarkan angka dan tetap mempertahankan bisnis untuk diri sendiri, karyawan, nelayan dan pembudi daya.
“Ini seperti masalah troli dan tidak pernah menjadi pilihan yang mudah,” kata dia. Istilah yang dimaksud mengacu pada eksperimen pemikiran etis, yakni protagonis memilih untuk menabrak satu orang atau lima orang.
“Kompas moral saya cukup matematis. Jika jumlah dampak yang dapat saya ciptakan pada waktu tertentu melebihi potensi risiko dan kerusakan yang mungkin terjadi, maka itu masih merupakan hal yang positif dan Anda harus tetap melakukannya selama itu merupakan hal yang positif,” Gibran menambahkan.
Ia pun mengubah angka-angka pada laporan keuangan eFishery dan mengirimkannya kepada calon investor. Responsnya berbeda dibandingkan sebelumnya, ketika ia menyajikan angka sebenarnya.
Penggalangan dana Seri A pun sukses dilakukan. eFishery berhasil menarik perusahaan modal ventura Wavemaker Partners yang berkantor pusat di Singapura dan 500 Global yang berkantor pusat di San Francisco.
Putaran investasi itu berhasil mengumpulkan total US$ 4 juta, termasuk tahap ketiga dari Aqua-Spark.
Modus Gibran Poles Laporan Keuangan eFishery
Persoalan selanjutnya setelah mendapatkan pendanaan seri A, Gibran harus menemukan cara untuk mendukung angka-angka yang telah ia masukkan ke dalam spreadsheet.
Sistem pertama yang ia buat relatif sederhana. Para petani ikan sudah membeli pakan dan menjual ikan, jadi Gibran mengatakan ia menawarkan pembayaran 2% hingga 3% agar mereka dapat ‘memindahkan’ bisnis mereka ke platform eFishery.
Bagi pelanggan di lapangan, tidak ada yang berubah. Mereka membeli dan menjual kepada orang yang sama dengan harga yang sama, menggunakan sistem yang sama yang selalu mereka gunakan. Namun begitu transaksi tersebut dipindahkan ke laporan keuangan eFishery, pendapatan perusahaan rintisan itu tampak melonjak.
"Perbedaannya hanya 20% sampai 30%," kata Gibran. "Namun, itu penting karena menunjukkan momentum pertumbuhan dan bahwa kami berada di awal permainan."
Perjudian yang lebih besar yakni program pembiayaan bernama Kabayan, yang secara teori menggunakan pengetahuan akuakultur eFishery untuk menilai skor kredit para pemanen dan memberi mereka pinjaman.
Kabayan atau Program Kasih, Bayar Nanti menyediakan akses bagi nelayan dan pembudi daya ke layanan institusi finansial untuk membeli pakan yang bisa dibayar setelah panen.
Risikonya seharusnya terbatas, dan eFishery mendapat komisi 1% hingga 3% selama proses. Namun kenyataannya jauh lebih buruk, yakni eFishery bertanggung jawab atas utang-utang tersebut dan tingkat gagal bayarnya tinggi.
Laporan keuangan eFishery yang diajukan di Singapura menunjukkan pendapatan melonjak dari US$ 185.405 pada 2018 menjadi sekitar US$ 10 juta setahun kemudian. Lonjakan 50 kali lipat ini tentu menggembirakan para investor.
Bisnis eFishery pun berubah dari rugi menjadi laba kotor selama periode yang sama.
Dengan lebih banyak uang tunai, eFishery pun berkembang pesat. Aset dalam dana berkelanjutan melonjak 67% menjadi hampir US$ 1,7 triliun pada 2020, menurut Morningstar, karena investor memburu kesepakatan terkait dampak sosial dan lingkungan.
Belum lagi, kisah pribadi Gibran yang sukses dan laporan keuangan yang membaik. Pada 2020, Gibran menerima pendanaan Seri B US$ 20 juta yang dipimpin bersama oleh dana ekuitas swasta Northstar Group dan Go-Ventures, yang sekarang bernama Argor Capital.
Pada tahap ini, menurut Gibran, eFishery tidak membutuhkan uang lagi. Pandemi corona pun memberinya cara yang tepat untuk merekonsiliasi pembukuan. Investor memperkirakan penjualan menurun, tetapi bisnis ini sebenarnya menikmati angin segar.
Dengan mengarang cerita tentang pertumbuhan yang terhambat, Gibran berencana mengejar angka sebenarnya.
Saat itulah dia mendapat kabar bahwa pendiri SoftBank Masayoshi Son ingin berbicara dengannya. Pada 2021, di puncak Pandemi Covid-19, Gibran tidak akan bisa menunjukkan kepada tim SoftBank beberapa peternakan ikan terpilih di Indonesia yang menggunakan produknya, seperti yang pernah dilakukannya dengan investor sebelumnya.
Ia hanya punya waktu satu jam. Gibran merasa gugup saat duduk di kantornya di Bandung.
SoftBank adalah perusahaan yang mendukung Alibaba Group Holding Ltd., Yahoo Japan, dan Grab Holdings Ltd. Perusahaan asal Jepang ini mulai tertarik pada eFishery.
Tim SoftBank kemudian mengirimkan term sheet yang menilai bisnis eFishery sekitar US$ 200 juta. Gibran sangat gembira. Term sheet adalah dokumen yang berisi persyaratan atau ketentuan awal untuk melakukan investasi atau akuisisi.
Tak lama berselang, Sequoia India and Southeast Asia (Peak XV) mengirimkan proposal sendiri, dengan perkiraan valuasi eFishery lebih dari US$ 300 juta. Temasek, investor milik negara Singapura, juga mencoba untuk berinvestasi.
Suatu hari Gibran membuka WhatsApp, dan menemukan pesan teks dari Chief Executive Officer Temasek Dilhan Pillay, yang awalnya ia pikir pesan spam. Pillay meminta waktu untuk mengobrol.
Gibran pernah mendengar bahwa Pillay jarang menghubungi pendiri startup untuk menyampaikan gagasan. “Itu masalah besar,” katanya.
Meskipun senang dengan perhatian yang diterima dari para investor, ia menghabiskan malam-malam yang tenang untuk merenungkan fondasinya yang goyah.
Pada 2021, eFishery memberi tahu investor bahwa mereka membukukan pendapatan Rp 1,6 triliun, dengan laba sebelum pajak Rp 142 miliar. Kenyataannya, pendapatan turun 40% menjadi Rp 958 miliar dengan kerugian sebelum pajak Rp 164 miliar.
Gibran mengatakan ia tidak nyaman dengan penipuan itu, tetapi pikirannya kembali ke perumpamaan troli. Bagaimanapun, ia melihat bagaimana beberapa nelayan dan pembudi daya diuntungkan oleh kehadiran eFishery.
Ia yakin perusahaan rintisannya memberi dampak. Namun, mengambil uang dari investasi baru berarti lebih banyak tekanan. Ia pun bimbang.
SoftBank, Temasek, dan Sequoia India sepakat menawarkan pendanaan segar US$ 90 juta dan menghitung valuasi eFishery US$ 410 juta, menurut Gibran, orang-orang yang mengetahui kesepakatan tersebut, dan hasil penelitian Alternatives.pe.
Jumlah tersebut cukup besar untuk startup yang masih muda saat itu, terutama yang dipimpin oleh mantan penjual ikan yang belum berpengalaman dan tinggal di Indonesia. eFishery, yang tiga tahun sebelumnya hanya bernilai US$ 12 juta, lalu menjadi US$ 410 juta.
Tanda Peringatan Bagi Investor eFishery
Bisnis eFishery di Singapura yakni Efishery Pte. Ltd. berhenti mengajukan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan 2020 misalnya, baru diajukan pada 2024.
Pada akhir 2023, eFishery seharusnya memiliki lebih dari 300 ribu unit pakan di lapangan dan lebih dari 44 ribu petani ikan dan udang yang membeli alat. Namun, ketika seorang investor yang memiliki hubungan dengan produsen pakan menghubungkan mereka dengan eFishery, mereka diabaikan oleh Gibran.
Investor lain mengatakan Gibran sering kali terlambat tiga bulan atau lebih dalam memberikan laporan keuangan. Data yang disampaikan pun hanya angka-angka dasar.
Lalu, pihak yang bertanggung jawab memproduksi komponen utama untuk pemberi pakan otomatis alias smart feeder memberi tahu bahwa mereka hanya memasok maksimal 5.000 unit per tahun.
Seorang investor lain diberitahu oleh para eksekutif senior di distributor pakan ikan terbesar di Indonesia, bahwa mereka bingung dengan tidak adanya perubahan sama sekali pada penjualan.
Setelah putaran pendanaan Seri C, klaim dan targetnya begitu besar, sehingga Gibran mengatakan ia membutuhkan petani ikan dan udang yang lebih besar dengan pendapatan tahunan lebih dari US$ 1 juta agar metode inflasi yang ada bisa masuk akal.
Saat itu ia menjelajahi seluruh negeri dan tidak dapat menemukan cukup banyak untuk ikut serta.
eFishery Bikin Usaha Baru
Pada awal 2022, Gibran mengatakan seorang karyawan mengusulkan solusi. Dengan mendirikan jaringan anak usaha dan mengendalikan akun petani lewat bisnis baru ini.
Bisnis tersebut menjadi sangat kompleks, sehingga transaksi dapat diatur sesuka hati. Akhirnya, hal ini akan meluas ke lima perusahaan terpisah dengan lebih dari 5.000 akun yang digunakan untuk transaksi seperti membeli pakan ikan dan menjual ikan.
Gibran menghabiskan banyak uang untuk mengejar target, sebagaimana yang tertuang dalam laporan keuangan yang disajikan kepada investor. Platform pinjaman Kabayan juga semakin populer di kalangan petani ikan, baik verifikasi maupun penagihannya relatif longgar.
Hal itu kemudian menyebabkan melonjaknya tingkat gagal bayar. Alhasil, perusahaan harus merekrut tim lapangan dan penyama penjualan di seluruh negeri.
Lalu eFishery berekspansi ke India dan segera mulai melaporkan laba, yang tampaknya membuktikan bahwa model bisnis tersebut dapat mendunia.
42X Fund, dana pemerintah yang berbasis di Abu Dhabi, memimpin putaran pendanaan Seri D yang mengumpulkan US$ 200 juta. Valuasi eFishery mencapai US$1,4 miliar. Dana pensiun Malaysia Kumpulan Wang Persaraan (KWAP) merupakan salah satu investor yang berpartisipasi.
Melalui semua penggalangan dana itu, eFishery melalui peninjauan oleh beberapa investor spesialis dan firma audit terkemuka di dunia. Grant Thornton mengaudit laporan keuangan tahunan 2022. Lalu, PwC hanya tinggal seminggu lagi untuk menandatangani laporan keuangan terbaru, menurut tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.
Juru bicara Grant Thornton mengatakan mereka menyadari dan sangat prihatin dengan tuduhan yang melibatkan eFishery dan berupaya memahami sepenuhnya situasi tersebut. Ia menambahkan perusahaan berkomitmen untuk menjaga kualitas dan integritas audit.
PwC Indonesia menolak berkomentar dan merujuk pada pernyataan sebelumnya di situs web, yakni perusahaan tidak pernah mengeluarkan laporan audit independen untuk perusahaan eFishery.
Audit Bisnis eFishery
Untuk penggalangan dana Seri B, menurut Gibran, 20 petani ikan dikunjungi. Untuk pendanaan seri C, sekitar 70 petani diperiksa.
Namun Gibran mengatakan perusahaan yang melakukan uji tuntas mengambil data dari basis data pertanian yang disediakan oleh eFishery. Mereka memberitahu eFishery mengungkapkan petani ikan yang akan mereka kunjungi.
Hal itu memberi Gibran kesempatan untuk mempersiapkan lahan untuk membuat kolam ikan.
Manajer area lokal diberi lembar fakta yang merinci angka-angka untuk diberitahukan kepada pengunjung dan mereka kemudian memberi pengarahan kepada petani. Sisanya, Gibran bergantung pada keberuntungan.
Kemudian whistleblower muncul dan memberitahu investor terkait penggelembungan angka laporan keuangan. Laporan hasil investigasi awal yang bocor pada Januari 2025, menunjukkan manajemen eFishery diduga menggelembungkan dana perusahaan US$ 600 juta atau Rp 9,8 triliun (kurs Rp 16.331 per US$) selama Januari - September 2024.
Dua Laporan Keuangan eFishery
Menurut Gibran dan beberapa mantan karyawan, sebagian besar karyawan hanya memiliki catatan internal dan tidak pernah tahu bahwa pengelola keuangan eksternal mempunyai data yang sama sekali berbeda.
Pada tahap ini, dengan investor yang tertipu oleh kisah pertumbuhan yang melambat untuk berkonsentrasi pada keberlanjutan finansial menjelang pencatatan saham perdana alias Initial Public Offering (IPO), Gibran membuat rencana untuk memperbaiki bisnis.
Gibran menamakannya Proyek MEGA — Make eFishery Great Again (Jadikan eFishery Hebat Lagi). Draf proposal yang ditinjau oleh Bloomberg, menunjukkan bahwa eFishery memiliki sejumlah target, di antaranya:
- Mengurangi kerugian sebelum pajak hingga lebih dari setengahnya menjadi Rp 107 miliar
- Mengurangi utang jatuh tempo pada program Kabayan
- Mengajak lebih banyak petani untuk menggunakan teknologi eFishery
- Lebih banyak petani membeli dan menjual lebih banyak ikan melalui platform
“Itu adalah upaya sia-sia,” kata seorang mantan karyawan dikutip dari Bloomberg. Alasannya, dari lebih dari 28 ribu petani ikan dan udang di sistem Kabayan, sekitar setengahnya tidak aktif.
Sebanyak 7.000 akun lain dibekukan. Sementara itu, lebih dari 90% pendapatan eFishery berasal dari bisnis dengan margin laba kotor kurang dari 2%.
Di tengah upaya itu, pemicu keruntuhan eFishery muncul dengan adanya pengaduan whistleblower yang menuduh adanya pelanggaran keuangan, yang dikirim ke anggota dewan pada akhir November 2024.
Pada 6 Desember 2024, Gibran mengatakan dia dipanggil oleh dewan, yang memberitahunya bahwa mereka telah menerima dokumen dari seorang whistleblower yang menunjukkan perbedaan pendapatan dan jumlah produk teknologi yang digunakan oleh petani.
Ia pulang ke rumah dan merenung. "Itulah, menurutku, bagian yang paling menakutkan, fase paling tidak stabil dalam diriku," katanya. Ia tidak bisa tidur malam itu, kata Gibran. Ia sedih atas apa yang terjadi, dan takut atas apa yang akan terjadi.
Pada sore hari, 9 Desember 2024, Gibran mengumpulkan kepala departemen di ruang rapat di lantai tiga kantor pusat perusahaan. Sekitar 14 orang duduk mengelilingi meja oval besar, sementara Gibran berdiri di depan, di sisi ruangan.
Ia menceritakan apa yang telah terjadi. “Beberapa manajer senior sudah mengetahui angka-angka yang digelembungkan itu,” kata Gibran kepada Bloomberg News. Yang lainnya tidak.
Pada rapat yang berlangsung sekitar dua hingga tiga jam itu, ia menjawab pertanyaan dan kemudian pergi tanpa mengetahui apakah perusahaan akan terus beroperasi dalam bentuk apapun.
"Masih ada harapan, tetapi bukan untuk saya. Saya tahu bahwa ini adalah akhir dari kisah hidup saya," katanya.
Pada 11 Desember 2024, Gibran mengatakan bahwa ia telah berterus terang kepada Novogratz, salah satu pendiri Aqua-Spark dan salah satu anggota dewan eFishery, dalam panggilan Zoom berdurasi 30 menit.
Novogratz adalah salah satu investor pertama perusahaan tersebut. Gibran menganggapnya sebagai mentor. Gibran menyampaikan Novogratz tampak sangat kecewa terhadap dirinya.
Beberapa hari kemudian pada 13 Desember 2024, Gibran dipanggil oleh Komite Pengarah dewan eFishery dan diberi tahu bahwa ia akan diskors. Seorang kepala eksekutif sementara dan kepala keuangan baru mengambil alih eFishery, termasuk rekening bank miliknya.
Dewan direksi telah mempekerjakan FTI Consulting Singapore Pte. untuk meninjau bisnis dan mengambil alih manajemen perusahaan. Dalam presentasi kepada investor, disimpulkan bahwa eFishery tidak layak secara komersial.
Rincian laporan keuangan eFishery sepanjang 2024 dikutip dari DealStreetAsia merujuk pada laporan terbaru FTI Consulting sebagai berikut:
- Pendapatan US$ 182,9 juta atau Rp 3 triliun (kurs Rp 16.390 per US$), dengan rincian sebagai berikut:
- Q1: US$ 65,7juta
- Q2: US$ 54,9 juta
- Q3: US$ 37,9 juta
- Q4: US$ 24,5 juta
- Porsi unit bisnis ke pendapatan, sebagai berikut:
- Financing: 1,3% atau US$ 2,4 juta
- eFeeder: 0,2% atau US$ 400 ribu
- Shrimp: 50,4% atau US$ 92,1 juta
- Fish: 48,1% atau US$ 88 juta
- Rugi US$ 50 juta, dengan rincian sebagai berikut:
- Q1: US$ 12,7 juta
- Q2: US$ 12,8 juta
- Q3: US$ 12,3 juta
- Q4: US$ 12,2 juta
- Margin EBITDA atau pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi -24,9%
- Net loss margin, dengan rincian sebagai berikut:
- Q1: -19,4%
- Q2: -23,4%
- Q3: -32,4%
- Q4: -49,6%
- Total saldo kas US$ 50,8 juta atau Rp 832 miliar
- Estimasi runway 80 bulan
Pengertian runway di industri startup adalah jumlah bulan yang dapat ditempuh perusahaan dengan uang tunai yang tersedia.
Katadata.co.id mengonfirmasi kepada manajemen eFishery di bawah FTI Consulting terkait data-data tersebut. Namun belum ada tanggapan.
Berdasarkan hasil laporan sementara FTI Consulting setebal 52 halaman yang diedarkan di antara investor dan ditinjau oleh Bloomberg News pada Januari, menyebutkan manajemen menggelembungkan laporan keuangan eFishery. Rinciannya sebagai berikut:
- eFishery menyampaikan kepada investor bahwa perusahaan untung US$ 16 juta atau Rp 261,3 miliar dan meraup pendapatan US$ 752 juta atau Rp 12,3 triliun selama Januari – September 2024. Padahal sebenarnya eFishery merugi US$ 35,4 juta atau Rp 578 miliar. Pendapatan startup perikanan ini diperkirakan US$ 157 juta atau Rp 2,6 triliun.
- Secara keseluruhan, pembukuan internal menunjukkan kerugian yang dipertahankan eFishery sekitar US$ 152 juta atau selama Januari - November 2024.
- Total aset perusahaan US$ 220 juta, termasuk US$ 63 juta dalam bentuk piutang dan US$ 98 juta berupa investasi.
- Selain itu, eFishery melaporkan jumlah mitra pembudidaya ikan lebih dari 400 ribu. Namun ternyata hanya 24 ribu.
"Manajemen telah menggelembungkan pendapatan hampir US$ 600 juta dalam sembilan bulan per September 2024" demikian isi laporan itu dikutip dari Straits Times, pada Januari (22/1). Jika benar, maka lebih dari 75% dari angka yang dilaporkan adalah palsu, menurut laporan tersebut.
“Manajemen juga menggelembungkan angka pendapatan dan laba untuk beberapa tahun sebelumnya,” demikian dikutip.
Laporan FTI Consulting itu didasarkan pada lebih dari 20 wawancara dengan staf perusahaan dan tinjauan terhadap akun dan pesan di WhatsApp, Slack, dan saluran lainnya.
Draf laporan tersebut mencatat para penyelidik belum berbicara dengan auditor atau meninjau kertas kerja audit atau dokumentasi lainnya.
Angka-angka tersebut kemungkinan besar akan berubah lebih lanjut, karena laporan bank, wawancara, dan akun-akun lain masih belum ditemukan atau diselesaikan.
eFishery PHK Massal
Perusahaan hampir bangkrut, karena sebagian besar staf diberhentikan dan banyak mesinnya dibuang oleh pendaur ulang dengan harga sekitar US$ 6 per mesin, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Manajemen eFishery memutuskan memangkas 90% dari 1.500 karyawan pada Februari 2025. "PHK dimulai 13 Februari,"kata sumber kepada Katadata.co.id.
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh ProgreSIP | Media Kelas Pekerja (@progresip_)
Ilusi yang dibangun Gibran selama 13 tahun hanya butuh waktu kurang dari tiga bulan untuk runtuh.
Satu pertanyaan yang masih menggantung yakni apa yang sebenarnya terjadi dengan semua uang itu. Gibran bersumpah bahwa ia tidak mengambil dana yang hilang itu.
Ia mengatakan bahwa semua itu digunakan untuk merekrut ahli, mengalokasikan komisi, dan melunasi debitur.