Driver Taksi Online dan Ojol Pegawai Tetap di Swiss hingga Inggris, Ini Efeknya


Sejumlah negara menetapkan aturan yang menjadikan pekerja digital seperti driver taksi online dan ojol sebagai pegawai tetap. Bagaimana dampaknya ke perusahaan dan pengemudi?
Modantara merangkum lima negara yang menjadikan pengemudi taksi online dan ojek online alias ojol sebagai pegawai tetap. Modantara adalah organisasi perusahaan mobilitas dan pengantaran berbasis digital di Indonesia yang didirikan pada 2024.
Pertama, Jenewa, Swiss. Pengadilan Jenewa menetapkan layanan pengiriman makanan Uber Eats sebagai pemberi kerja dan berkewajiban mempekerjakan pengemudi ojol, demikian laporan televisi publik Swiss, SRF pada Juni 2020.
Modantara menyebutkan jumlah pengemudi online turun 67% di wilayah itu setelah aturan disahkan.
Kedua, Spanyol memerintahkan semua kurir pengiriman dan pekerja digital lainnya seperti di aplikasi Uber diperlakukan sebagai karyawan tetap pada 2022. Modantara mencatat aplikasi pengiriman barang berbasis di Spanyol Glovo hanya bisa mempertahankan 17% mitra, Uber memberhentikan 4.000 mitra, dan Deliveroo keluar dari pasar.
Ketiga, Mahkamah Agung Inggris memutuskan pada 19 Februari 2021, bahwa pengemudi Uber adalah pekerja, bukan mitra. Dengan begitu, mereka mendapatkan hak-hak inti seperti hari libur berbayar dan upah minimum nasional.
MA Inggris mempertimbangkan lima temuan yang dibuat oleh pengadilan ketenagakerjaan. Mereka mencatat pekerjaan driver didefinisikan dan dikendalikan secara ketat oleh Uber, sehingga tepat jika dinyatakan sebagai pekerja.
Modantara mengatakan kebijakan itu berdampak pada pengurangan jumlah pengemudi hingga 85 ribu orang.
Keempat, Pemerintah Singapura menerapkan aturan kesejahteraan pekerja platform, seperti kontribusi Central Provident Fund atau CPF bagi pengemudi dan pengantar makanan.
Modantara mengatakan kebijakan itu meningkatkan biaya operasional dan menurunkan daya tarik kerja fleksibel.
Terakhir, Seattle, Amerika Serikat. Kota ini menerapkan Transportation Network Company atau TNC Minimum Compensation Ordinance pada 2021, yang menetapkan kompensasi minimum bagi pengemudi taksi online US$ 0,59 per menit dan US$ 1,38 per mil atau pembayaran minimum per perjalanan US$ 5,17.
Modantara mengatakan kebijakan itu membuat biaya operasional naik, jumlah perjalanan turun 30%, dan jumlah pengemudi aktif berkurang 10%. Beberapa platform membatasi area operasional atau menaikkan tarif bagi konsumen, yang berdampak pada penurunan jumlah pengguna layanan.
Katadata.co.id juga mencatat, Pengadilan Distrik Amsterdam, Belanda memutuskan pengemudi Uber adalah karyawan, bukan pekerja lepas. Selain itu, perjanjian kerja kolektif sektoral atau CAO Taxivervoer diberlakukan, termasuk persyaratan gaji dan beberapa tunjangan.
Modantara menyebutkan beberapa potensi dampak negatif dari kebijakan yang terlalu kaku terhadap platform digital, di antaranya:
- Pengurangan jumlah mitra
Regulasi ketat membuat platform sulit beroperasi, mengurangi jumlah mitra taksi dan ojek online alias ojol, dan berujung pada hilangnya pekerjaan bagi jutaan orang yang mengandalkan sektor ini sebagai sumber pendapatan utama.
- Kenaikan harga layanan
Kewajiban menjadikan mitra taksi dan ojek online alias ojol sebagai karyawan menyebabkan kenaikan biaya operasional yang pada akhirnya diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga layanan yang lebih tinggi.
- Berkurangnya fleksibilitas kerja
Banyak mitra taksi dan ojek online alias ojol yang bergabung dengan platform digital karena fleksibilitas yang ditawarkan. Jika dipaksa menjadi karyawan tetap, mereka akan kehilangan kebebasan dalam mengatur waktu dan beban kerja mereka.
- Dampak negatif pada ekosistem bisnis lain
Jika platform menghadapi kesulitan finansial akibat regulasi ketat, maka UMKM, restoran, pedagang kecil, dan bisnis lain yang bergantung pada perusahaan akan terkena dampak.
- Kemungkinan gulung tikarnya aplikator
Jika biaya operasional meningkat drastis sementara permintaan turun akibat kenaikan harga layanan, beberapa aplikator dapat mengalami kesulitan finansial hingga harus menutup layanan mereka sepenuhnya.
Modantara mencontohkan Deliveroo di Spanyol yang memilih keluar dari pasar, karena regulasi yang tidak memungkinkan bisnis mereka beroperasi secara berkelanjutan. “Hal ini bisa berdampak luas pada ribuan mitra yang kehilangan akses terhadap sumber penghasilan,” demikian dikutip dari keterangan pers.
Asosiasi itu menilai bentuk pengelolaan hubungan kerja platform digital dan mitra sebaiknya dikembalikan ke konteks dan kondisi negara masing-masing.
Untuk mencapai kesepakatan yang tidak merugikan berbagai pihak, Modantara menilai negara perlu hadir sebagai fasilitator yang mempertimbangkan semua aspek kemungkinan. Dengan begitu, bisa tercipta regulasi yang berimbang antara platform, mitra, konsumen, dan juga pemerintah.
Modantara menegaskan keberatan, jika regulasi dibuat tidak berimbang dan hanya mementingkan satu pihak. “Kami siap berdiskusi lebih lanjut dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan regulasi yang diterapkan mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang, tidak hanya bagi platform digital (aplikator) dan mitra, tetapi juga bagi seluruh ekosistem industri ini,” demikian dikutip.