Konglomerat Australia Minat Investasi PLTA 10 Ribu MW di Kalimantan
Konglomerat asal Australia Andrew Forrest berminat berinvestasi dalam proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 10 ribu mega watt (MW). Pengusaha tersebut telah menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membahas ketertarikannya.
"Kapasitasnya PLTA tersebut 15 ribu MW, nanti akan ada riset detail untuk menghasilkan angka yang tepat," kata Luhut usai menghadiri Indonesia Data and Economic Conference atau IDE Katadata 2020 yang diselenggarakan Katadata di Grand Balroom Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1).
(Baca: ESDM Siapkan Formula Kontrak untuk Tarik Investasi di Sektor EBT)
Selain itu, Forrest yang merupakan produsen biji besi Fortescue Metals Group (FMG), tertarik berinvestasi juga pada pabrik pemurnian (smelter) baja di kawasan yang sama. Smelter tersebut untuk lithium baterai nikel yang bahan bakunya dari Australia.
Menurut Luhut, FMG menyasar PLTA karena hendak memproduksi biji besi menggunakan energi ramah lingkungan. "Mereka mau membuat produksi yang green energy. Jadi dia pakai hydro power nanti bangun smelternya di bawah," kata Luhut.
Rencana investasi ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss beberapa waktu lalu. Luhut mengatakan, komitmen investasi itu akan kembali dibicarakan dalam kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Negeri Kanguru pada 9-10 Februari mendatang.
(Baca: Kementerian ESDM Gandeng Denmark Kembangkan Potensi EBT yang Ekonomis)
Pemerintah saat ini sedang mendorong investasi di sektor energi baru terbarukan untuk semakin membuka peluang Indonesia menjadi negara tanpa emisi gas karbon. Salah satunya menawarkan potensi pembangkit tenaga air di Kalimantan dan Papua dengan masing-masing memiliki potensi 11 ribu MW dan 23 ribu MW.
Tak hanya itu, potensi energi terbarukan lainnya di Indonesia yakni ada pada energi panas bumi. Berdasarkan data Geo Dipa Energi potensi panas bumi Indonesia sebesar 29.543,5 MW, sehingga menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat sebagai negara dengan potensi energi terbarukan geothermal terbesar di dunia.
Indonesia, dengan potensi sebesar itu, baru sekitar 1.438,5 MW yang terpasang. Sebagian besar berada di Jawa dengan jumlah listrik yang dihasilkan panas bumi masih sebesar 1.224 MW.
Sejumlah kebijakan pemerintah pun mulai direncanakan agar dapat menarik investasi guna pembangunan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan. Targetnya, dengan porsi 23% dalam bauran energi pada 2025, akan ada 46 gigawatt (GW) listrik berasal dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan.
(Baca: Luhut Sebut Australia Minat Investasi Miliaran Dolar ke Indonesia)